Sifat rela berkorban merefleksikan bahwa harta yang dimiliki pada dasarnya amanat dari Allah SWT. Tugas dari manusia hanya mengelola atau memeliharanya. Harus siap melepaskannya disaat diminta oleh Sang Pemberi Amana atau Dzat Yang Maha Memiliki.Â
Bukan hanya harta, suami, istri, keturunan, atau jabatan. Nyawa pun suatu saat akan diambil oleh-Nya. Oleh karena itu, manusia selain harus siap memiliki, juga harus siap melepaskan atau kehilangan hal-hal yang dimiliki atau dicintainya.
Dalam konteks pandemic Covid-19, ibadah kurban melatih kita untuk sejenak mengorbankan kenginan kita untuk bebas beraktivitas, bersenang-senang, bebas bepergian ke banyak tempat, tetapi harus disiplin menjalankan protokol kesehatan, mengingat Covid-19 masih mengintai kita, dan hal ini ditandai dengan jumlah korbannya yang semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh ketidakdisiplinan dan pengabaian banyak masyarakat terhadap protokol kesehatan.
Dari sinilah kita belajar nilai ikhlas, yaitu melakukan segala sesuatu hanya mengharap rida-Nya. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah dilakukan. Sifat ikhlas hanya dimiliki oleh yang kadar keimanan dan ketakwaannya sudah tinggi dan teruji. Imam Al-Ghazali mengumpamakan ikhlas seperti seseorang yang mencari semut hitam, di atas batu hitam, pada waktu malam hari dalam kondisi gelap gulita.Â
Dengan kata lain, pihak yang mengetahui nilai keikhlasan kita dalam beribadah hanyakah Allah SWT. Pada dasarnya ibadah yang dilakukan secara ikhlas oleh seorang hamba akan kembali kepadanya dalam bentuk pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Inilah substansi ibadah kurban sebagai sarana Pendidikan bagi umat Islam. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H