THR ASN DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
Oleh: IDRIS APANDI
 Pemerintah rencananya akan memberikan Tunjangan Hari Raya bagi PNS/ASN pada lebaran tahun ini, walau aturannya lebih ketat mengingat keterbatasan anggaran negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pemerintah menyiapkan dana sebesar 29,38 Trilyun untuk THR ASN (Medcom.id, 11/05/2020).Â
Tidak dapat dipungkiri, hal tersebut tentunya sebuah berita gembira bagi ASN di seluruh Indonesia, karena hal tersebut sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan lebaran.
Sebenarnya, anggaran tersebut bukan hanya untuk ASN saja, tapi untuk yang lainnya, yaitu THR bagi ASN pemerintah pusat, TNI, dan Polri sebesar Rp6,77 triliun, THR bagi para pensiunan Rp8,7 triliun, dan THR bagi ASN di pemerintah daerah totalnya diperkirakan sebesar Rp13,89 triliun.Â
Karena keterbatasan anggaran dimana saat ini pemerintah pun fokus dalam penanganan pandemi Covid-19, maka THR hanya diberikan kepada ASN golongan tertentu saja, sedangkan pejabat eselon I dan II tidak mendapatkan THR.
Adanya kebijakan THR bagi ASN sejak tahun 2016, diakui atau tidak, suka menyebabkan kecemburuan dari tenaga honorer yang tidak mendapatkan THR atau masyarakat secara umum. Masyarakat melihat sepintas bahwa THR bagi ASN adalah sebuah keistimewaan yang diberikan oleh pemerintah kepada ASN dianggap membebani anggara negara.
Gara-gara THR bagi ASN tersebut, kalangan ASN suka menjadi sasaran empuk bully oleh warganet. Padahal, kalau ditelaah secara objektif dan menggunakan pikiran yang jernih, THR yang didapatkan oleh ASN, nantinya akan masuk ke toko-toko, pasar-pasar, mall-mall, dan sebagai angpau bagi keluarga dan kerabat-kerabatnya yang nantinya pun akan dibelanjakan. Dengan kata lain, uang THR itu bergulir dan memberdayakan ekonomi masyarakat. ASN itu hanya sebagai perantara saja.
Para ASN pun ada yang menyisihkan sebagian THR yang didapatkannya untuk para tenaga honorer yang tidak mendapatkan THR. Ada kepedulian dari mereka yang mendapatkan untuk mereka yang tidak mendapatkan THR. Ada sisi sosial yang muncul dari THR bagi ASN tersebut.
Saya yakin uang triliunan yang mengalir dari kas negara untuk THR ASN tersebut jarang yang mengendap di rekeningnya, tetapi langsung digunakan untuk kepentingan lebaran atau mengirimkan uang untuk orang tuanya di kampung halaman karena lebaran tahun ini, karena pandemi Covid-19, ASN dilarang mudik.
Melalui THR yang diberikan untuk ASN, semua sektor ekonomi bergerak, mulai dari sektor transportasi, jasa ekspedisi, pasar, mall, para pedagang kali lima, pedagang online, hingga para penjual dadakan di kampung-kampung.Â
Bahkan dalam kondisi normal, sektor pariwisata pun mendapatkan berkah dari THR ASN, walau mungkin dalam kondisi pembatasan sosial saat ini, sektor pariwisata pun dibatasi ruang geraknya. Oleh karena itu, pihak yang suka nyinyir terhadap ASN yang mendapatkan THR untuk berpikir bijak dan menggunakan akal yang jernih.
Sekilas, tulisan ini mungkin dianggap seperti pembelaan terhadap pandangan yang kurang baik dari masyarakat terhadap ASN yang mendapatkan THR, tapi de facto, hal yang saya uraikan di atas benar adanya, bisa dicek di lapangan. Masyarakat saat ini banyak yang protes karena tidak mendapatkan bantuan pemerintah, ekonomi tidak bergerak karena tidak ada pembeli, orang tidak membeli karena tidak ada uang.Â
Uang THR bagi ASN bisa menjadi darah segar untuk menggerakkan kembali ekonomi masyarakat yang macet bahkan terhenti karena terdampak pandemi Covid-19. ASN mendapatkan THR dari negara, dan sektor swasta mendapatkan "THR" dari ASN melalui keuntungan dari barang dan jasa yang dimanfaatkan oleh ASN.
Dalam perspektif agama, semua makhluk diberikan rezeki oleh Tuhan, hanya melalui jalan yang berbeda. Yang saya perhatikan, tiap orang atau tiap profesi biasanya saling sangka. Enak jadi ini atau enak jadi itu, padahal pandangan yang hanya sepintas tersebut belum tentu benar. Setiap profesi atau pekerjaan atau konsekuensi dan tanggung jawab yang dipikulnya.
Kalau bicara dampak, sebenarnya kalangan ASN pun terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini, karena pengeluaran mereka pun bertambah walau bekerja dari rumah. Mengapa? karena mereka harus memodali diri mereka dan anak-anaknya kuota internet untuk menunjang aktivitas secara daring, dan peningkatan penggunaan kuota internet melonjak tajam.
Ditambah bulan ramadan, kebutuhan pun kian bertambah. Tidak dapat dipungkiri, tidak setiap ASN mendapatkan gaji utuh setiap bulannya, tetapi hidup dari sisa gaji, karena harus membayar cicilan ke bank.
Semoga THR yang didapatkan oleh ASN menjadi jalan kebahagiaan bagi semuanya. Merayakan lebaran senang dan gembira melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat dari guliran THR ASN. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H