CORONA MEMBUATKU MERANA, TAPI TAK BOLEH PUTUS ASA (4)
Oleh: IDRIS APANDI
Â
"Pak Husni, ini uangnya." Ucap pak Haji Kurdi padaku sambil menyerahkan amplop panjang berwarna putih.Â
"Terima kasih pak haji. Saya merasa nyawa saya beserta anak-istri saya tersambung dengan bantuan ini." Dengan wajah sumringah, aku menerima amplop yang diserahkan olehnya.Â
"Iya. Sama-sama pak Husni. Semoga bermanfaat." Pak Haji Kurdi menanggapi ucapanku sambil menepuk-nepuk bahuku.Â
"Saya berjanji akan membayar secepatnya pak. Nanti saya kontak bapak kalau uangnya sudah ada." Aku berusaha meyakinkan pak Haji Kurdi terkait pembayaran utang sebelum pak Haji Kurdi bertanya padaku.Â
"Iya pak. Saya percaya kepada Bapak. Saya mengenal Pak Husni orang yang bisa dipercaya. Semoga Pak Husni ada rezekinya, dan semoga kita semua sehat wal 'afiat." Ucap pak Haji Kurdi sambil sekali lagi, menepuk-nepuk bahuku.
Ada rasa nyaman saat aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pak Haji Kurdi. Selain meminjamiku uang, dia juga memberikan motivasi dan mendoakanku.Â
Ini seolah menjadi energi yang luar biasa bagiku dalam menjalani pada hari-hari berikutnya. Walau sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tetapi pertemuan saat itu, terasa sangat hangat, seperti orang yang sering bertemu.
Aku yang secara usia lebih muda darinya, saat mendengar kata-katanya, seperti seorang kakak yang menasihati dan mengayomi adiknya. Dia mengajarkanku untuk tetap sabar, tawakal, dan bersyukur menghadapi kondisi saat ini.Â