Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca Corona dari Beberapa Perspektif

16 April 2020   23:59 Diperbarui: 19 April 2020   14:11 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sempel tes cepat covid-19. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Jumlah penderita Covid-19 dari hari ke hari semakin meningkat. Walau para tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tapi mereka ikut terpapar. 

Hingga 15 April 2020, tercatat 28 dokter dan beberapa orang perawat yang gugur saat bertugas. Hal itu menunjukkan begitu ganasnya Covid-19. Mereka layak untuk mendapatkan gelar sebagai pahlawan kesehatan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah untuk menjaga kesehatan agar tidak terkena Covid-19 antara lain dengan kampanye cuci tangan, menggunakan masker, menyemprotkan disinfektan, menjaga jarak (social distancing dan physical distancing), mengonsumsi makanan yang bergizi, berjemur di pagi hari, dan cukup istirahat. 

Covid-19 disamping telah menyebabkan terganggunnya kesehatan fisik, juga kesehatan lingkungan, dan kesehatan mental (psikologi) masyarakat.

Dari sisi sosial, wabah Covid-19 tidak dapat dipungkiri menyebabkan keresahan atau gejolak sosial, bahkan menyebabkam panic buying dimana orang-orang menyebu mall untuk membeli kebutuhan pokok, masker, dan hand sanitizer. Walau hal ini tentunya berupaya ditangani oleh pemerintah.

Seriring dengan semakin mewabah dan mengkhawatirkannya Covid-19, pemerintah menerapkan pembatasan sosial (social distancing) disusul dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta dan akan menyusul di Jawa Barat dan beberapa provinsi lainnya. 

Tempat ibadah, sekolah, dan perkantoran ditutup. Dan berbagai aktivitas seperti bekerja, belajar, dan beribadah disarankan di rumah.

Wilayah pemukiman dan kampung-kampung pun ada yang pro aktif melakukan karantina wilayah. Di jalan masuk perumahan, pemukiman, dan gang-gang dijaga dan dipasangi plang larangan masuk kecuali warga setempat. 

Berbagai tempat yang bisa berpotensi untuk berkerumun masyarakat ditutup dan kalau ada massa yang berkerumun dibubarkan oleh aparat yang berwenang. Pemerintah pun meminta agar perantau tidak mudik lebaran untuk menjaga semakin meluasnya penularan Covid-19.

Dari sisi ekonomi, Covid-19 berdampak terhadap menurunnya ekonomi masyarakat. Kebijakan harus diam rumah menyebabkan banyak orang tidak bisa mencari nafkah. 

Dunia pariwisata terpuruk karena tempat-tempat wisata ditutup sementara. Banyak pabrik yang merumah atau mem-PHK karyawannya karena sudah tidak lagi mampu membayar gaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun