Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Harus Dipenjara Dulu Supaya Khatam Al Quran?

12 April 2020   21:03 Diperbarui: 12 April 2020   21:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

APAKAH HARUS DIPENJARA DULU BARU BISA KHATAM AL-QUR'AN?

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Membaca Ayat-ayat Kehidupan)

 

Suatu hari saya menonton sebuah berita di layar TV yang isinya seorang napi yang kebetulan seorang public figure bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) setelah dia dihukum selama sekian tahun atas perbuatan pidana yang dilakukannya. 

Dia menyampaikan bahwa selama dia menjalani hukuman, dia merasa lebih dekat dengan Allah, bahkan dia bisa khatam Al-Qur'an berkali-kali dalam satu tahun. Selain dia, seorang tahanan yang juga public figure menyampaikan hal yang sama. 

Di LP dia belajar ngaji, rajin ibadah, bisa membaca Al-Qur'an, bisa khatam Al-Qur'an berkali-kali, bahkan bisa menghapal beberapa juz.

Bagi saya, hal itu sangat luar biasa. Ada hikmah dibalik hukuman yang dialaminya, diantaranya bisa membaca dan khatam Al-Qur'an berkali-kali. Kalau berada di luar penjara, belum tentu dia mengalami pengalaman yang sangat berkesan tersebut. 

Aktivitas di LP biasanya sudah dijadwal mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, relatif konstan. Para napi memiliki banyak waktu untuk beraktivitas di dalam LP, seperti belajar, membaca, menulis, bermain musik, atau membuat kerajinan.

Mempelajari ilmu agama adalah sebuah cara yang positif bagi seorang napi dalam proses menjalani hukuman. Membaca Al-Qur'an mungkin jadikan terapi bagi mereka untuk menenangkan diri, memohon ampunan, dan berharap taufik serta hidayah dari Allah SWT. 

Disitu proses perbaikan diri untuk menjadi manusia yang lebih baik saat keluar dari LP, tidak mengulangi kesalahan serupa, dan bisa berbaur lagi dengan masyarakat. Bahkan ada yang selepas dari LP, dia hijrah menjadi pendakwah dan mengajak kepada orang-orang semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan hal tersebut, stigma yang biasanya kurang baik di mata masyarakat terhadap mantan napi dapat dihilangkan.

Dalam hati, saya merasa malu dengan para napi yang bisa khatam Al-Qur'an berkali-kali dalam satu tahun, sedangkan saya, orang bebas, bisa mengatur sekehendak hati, banyak waktu yang seharusnya untuk digunakan termasuk membaca Al-Qur'an, justru ingin khatam Al-Qur'an satu kali dalam satu tahun pun susah. Bulan Ramadan yang biasanya ditargetkan untuk bisa khatam Al-Qur'an pun sering tidak tercapai dengan alasan sibuk ini, sibuk itu, dan utamanya malas.

Dalam hati, saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah saya harus ditahan dulu di LP supaya bisa khatam Al-Qur'an? Nauzubillaah. Tentunya jangan dan tidak harus seperti itu, karena setiap napi di LP pun belum juga khatam Al-Qur'an, bahkan ada yang justru mengatur jaringan kriminal atau bisnis haramnya dari LP. 

Jadi, semua itu dikembalikan kepada pribadinya, bukan dimana dia harus berada. Saya pernah melihat seorang pedagang di pinggir jalan, sambil menunggu pembeli dia membaca Al-Qur'an. Lalu ada seorang anak sambil istirahat, dia pun menghapal Al-Qur'an. Mengapa mereka melakukan itu? Menurut saya, mungkin karena mereka merasakan hal tersebut sebuah aktivitas yang bernilai ibadah dan merasa butuh untuk ketenangan batin mereka.

Ramadan sebentar lagi datang. Saya yakin setiap umat Islam yang sudah baligh tahu keutamaan bulan tersebut. Setiap amal kebaikan diberikan pahala berlipat-lipat, termasuk membaca Al-Qur'an, tinggal melaksanakannya. Sebenarnya kalau hanya sekadar tahu belum tentu ditindakluti dengan berbuat, tetapi setidaknya hal tersebut menjadi modal awal untuk berbuat, ditambah niat dan komitmen yang kuat untuk melaksanakannya.

Sepintas, kalau saya hitung, sebenarnya kalau istikamah membaca satu juz saja satu hari, maka satu bulan bisa khatam Al-Qur'an, dan satu tahun bisa khatam 12 kali. Jika satu juz terdiri sembilan lembar bolak-balik, lalu setelah habis salat fardhu dibaca tiga halaman bolak-balik, maka sudah tercapai target satu juz dalam satu hari satu malam. 

Waktu yang diperlukan untuk membaca tiga halaman bolak-balik bervariasi, misalnya antara 10 s.d. 20 menit, tergantung kecepatan dan kelancarannya membaca Al-Qur'an. Secara teori hal tersebut terlihat sangat mudah, tetapi pada kenyataannya, subhaanallaah, tidak mudah. Bahkan mungkin, ada umat Islam yang dalam satu tahun memegang fisik Al-Qur'an saja bisa dihitung dengan jari.

Di era digital saat ini, perangkat teknologi seperti smartphone digunakan untuk memudahkan berbagai aktivitas kehidupan manusia, termasuk untuk membaca Al-Qur'an. Aplikasinya tinggal diunduh pada play store atau apple store. Begitu sangat mudah. Bahkan ada turorial cara membaca Al-Qur'an dengan baik.

Semoga tulisan ini memotivasi, khususnya bagi saya, dan umumnya bagi pembaca (umat Islam) untuk bisa membaca Al-Qur'an sampai khatam, tidak banyak alasan untuk tidak membacanya. Kiranya akan sangat indah, jika selama hidup kita, minimal sekali saja pernah khatam Al-Qur'an, apalagi sampai berkali-kali seperti kisah mantan napi yang keluar dari LP tersebut. Wallaahu a'lam.APAKAH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun