Pasca mewabahnya virus Corona (COVID-19), pemerintah memutuskan untuk membuat kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi para peserta didik. Moda pembelajaran dalam jaringan (daring/ online) menjadi alternatif utama pembelajaran.Â
Moda pembelajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain; (1) dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka, (2) bersifat mobile atau bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, (3) lebih efektif dan lebih efisien, (4) menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Â
Kelemahannya antara lain; (1) tidak semua siswa memiliki perangkat TIK (laptop/ smartphone) yang memadai, (2) bisa terkendala sinyal, (3) memerlukan kuota internet yang besar yang berdampak terhadap dana yang harus dikeluarkan, (4) ada orang tua peserta didik yang belum melek TIK.
Baca juga : Pentingnya Peran Orang Tua dalam Memanajemen Belajar Anak pada Masa Pandemi
Selama peserta didik belajar di rumah, guru tetap bekerja dengan membimbing peserta didik secara daring dan memberikan soal-soal latihan yang harus dikerjakan oleh mereka. Para orang tua harus menjadi "guru dadakan" bagi anak-anaknya, walau sebenarnya mereka adalah guru pertama dan utama bagi anaknya.Â
Ada sejumlah peserta didik dan sejumlah orang tua protes berkaitan kegiatan belajar di rumah. Peserta didik karena banyak tugas yang harus dikerjakan dan terkesan asal memberi tugas, sedangkan orang tua protes karena harus membimbing, ikut membantu siswa mengerjakan tugas. Bagi mereka, hal ini lebih sulit dari mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau memasak.
Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013, proses pembelajaran di sekolah di arahkan memiliki keterampilan berpikir kritis (critical thinking) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).Â
Saat kegiatan belajar berpindah dari rumah ke sekolah, kemampuan berpikir kritis dan HOTS tetap bisa dibangun. Adapun ranah dari HOTS yaitu: C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mencipta). Kemampuan berpikir kritis dibangun melalui stimulant-stimulan berupa bahan bacaan atau tugas yang membuat peserta didik berpikir kritis.
Baca juga : Mendengarkan Musik Bisa Membantu Kita untuk Meningkatkan Semangat belajar
Melalui pembelajaran daring secara live dengan menggunakan aplikasi seperti webex atau zoom, guru bersama peserta didik bisa melakukan curah pendapat (brainstorming), diskusi, studi kasus, dan sebagainya. Selain sebagai sumber belajar, guru bisa menjadi moderator pada saat diskusi berlangsung.
Pada saat pembelajaran daring yang tidak live, guru dapat menyiapkan sejumlah tugas atau pertanyaan yang bisa dikerjakan oleh peserta didik.Â
Supaya lebih kontekstual, maka pertanyaan atau tugasnya sebaiknya dikaitkan dengan wabah COVID-19. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan bukan hanya sekadar bertanya "apa", tapi juga "mengapa" dan "bagaimana" agar siswa terangsang untuk berpikir kritis sampai bisa mengajukan alternatif solusi dari masalah yang sedang terjadi.
Pertanyaan atau tugas yang bisa dibuat oleh guru misalnya; mengapa masyarakat harus berperilaku hidup sehat dan bersih sebagai upaya mencegah COVID-19?Â
Mengapa orang sehat harus menjaga jarak dengan orang yang terindikasi terpapar COVID-19? Bagaimana cara mencuci tangan yang baik?Â
Bagaimana cara menjaga diri dari terpapar COVID-19? Bagaimana seharusnya penanganan wabah COVID-19 agar tidak semakin meluas? Mengapa masyarakat diimbau untuk melakukan karantina mandiri di rumah untuk mencegah COVID-19?
Berikutnya, buatlah sebuah video atau poster yang isinya imbauan kepada masyarakat untuk mengindari COVID-19 dengan tagline #dirumahaja!Â
Buatlah sebuah video atau poster yang isinya berupa dukungan dan apresiasi kepada para tenaga kesehatan yang berjuang melawan Corona? Â
Baca juga :Â Penerapan Keterampilan Mengajar dalam Upaya Penyampaian Hasil Belajar
Buatlah sebuah projek pembuatan hand sanitizer atau disinfektan dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di rumahmu!, buatlah sebuah laporan kegiatan pencegahan COVID-19 di rumahmu, apa hikmah yang didapatkan dengan adanya wabah COVID-19? dan sebagainya.
Dengan demikian, maka peserta didik mengerjakan tugas sekaligus mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Â Tugas-tugas itu selain bisa dipresentasikan dalam pembelajaran daring, juga dapat dikumpulkan.Â
Saya perhatikan, cukup banyak guru yang mengelola pembelajaran dengan menggunakan google classroom, diantaranya untuk mengumpulkan tugas-tugas dari peserta didik.Â
Dari peristiwa ini, baik guru maupun siswa bisa mengambil hikmah, seperti menjadi lebih sadar hidup bersih dan sehat, lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, lebih peduli terhadap orang lain, lebih meningkatkan kualitas komunikasi dalam keluarga, menjadi lebih melek TIK, meningkatkan jiwa pemelajar, meningkatkan rasa ingin tahu terhadap informasi-informasi terkait kesehatan diri dan kesehatan lingkungan, dan sebagainya. Wallaahu a'lam.
Oleh: IDRIS APANDI (Penulis Buku Strategi Pembelajaran Abad 21 dan HOTS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H