Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Virus Corona dan Refleksi Peringatan Isra Miraj

21 Maret 2020   11:26 Diperbarui: 21 Maret 2020   11:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

VIRUS CORONA DAN REFLEKSI PERINGATAN ISRA MIKRAJ

Oleh: IDRIS APANDI

 

Bertepatan dengan momentum peringatan Isra Mikraj ini, mari kita jadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwan kepada Allah SWT. Dialah Dzat yang Maha Berkuasa menyebarkan penyakit apapun ke seluruh dunia, dan Dia pun Dzat yang Maha Berkuasa untuk menghentikannya. Kita, sebagai Hamba-Nya hanya bisa berikhtiar melalui berbagai upaya. Hanya kepada-Nya kita berharap dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan. Dalam salat yang kita lakukan, mari panjatkan doa untuk para pemimpin dan semua rakyat Indonesia agar terhindar dari virus Corona.

Peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW saat ini dalam suasana berperang melawan virus Corona. Dampaknya dari virus Corona memang sangat luar biasa. Di berbagai negara, ribuan orang sudah meninggal gegara virus Corona. 

Untuk mengantisipasi penularannya yang semakin ganas, pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain menghindari keramaian, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, belajar dari rumah, bekerja dari dari rumah, dan beribadah dari rumah.

Dalam konteks beribadah dari rumah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa bahwa di daerah-daerah yang menjadi pandemi virus Corona, diimbau untuk tidak melaksanakan salat berjamaah dan salat Jumat boleh diganti dengan salat duhur di rumah.

Perintah salat lima waktu merupakan "oleh-oleh" yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW setelah Isra Mikraj. Umat Islam sudah tahu bahwa pahala salat berjamaah lebih utama dari salat sendiri, yaitu 27 derajat, tetapi kondisi saat ini yang sudah masuk ke tahap darurat, pemerintah dan MUI berpendapat ada masalah yang lebih penting, bahkan sangat mendesak untuk diperhatikan, yaitu berkaitan dengan keselamatan manusia, dan lebih jauh lagi stabilitas negara. Oleh karena itu, Umat Islam diimbau untuk beribadah dari rumah.

Bukan hanya umat Islam saja yang diimbau beribadah di rumah, umat nonmuslim pun diimbau untuk melakukan hal yang sama. Para pemuka agama kristen, misalnya, telah meminta umat kristen tidak datang ke gereja, dan melakukan ibadah secara online. Tujuannya sama, yaitu upaya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan umat agar terhindar dari terpapar virus Corona.

Wajah virus Corona juga telah mengingatkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang tegas dan kuat, seperti halnya sosok Nabi Muhammad SAW. Dengan sifatnya seperti; shidiq, amanah, fathanah, dan tabligh, Beliau berhasil memimpin umatnya, termasuk dalam kondisi yang darurat.

Isolasi (lockdown) pun pernah dilakukan saat kepemimpinannya. Di zaman Rasululullah SAW pernah terjadi wabah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. 

Kala itu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengalami kusta atau lepra. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta." (HR Bukhari).

Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar. 

Seperti diriwayatkan dalam hadits: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Dikutip dalam buku berjudul 'Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW: Belajar Hidup Melalui Hadits-hadits Nabi oleh Nabil Thawil, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha'un, Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengisolasi atau mengarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. Tha'un sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW adalah wabah penyakit menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubuh manusia.

Selain Rasulullah, di zaman khalifah Umar bin Khattab juga ada wabah penyakit. Dalam sebuah hadist diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit. Hadits yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir mengatakan, Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan. "Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilah bernama Sargh. 

Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Dalam hadits yang sama juga diceritakan Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. 

Dia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar. Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. 

Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuan-Nya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

Dalam konteks spiritual, wabah virus Corona menjadi sarana umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Beribadah sendiri memungkinkan seorang muslim bisa lebih khusyu beribadah, dan lebih banyak waktu untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri, serta meminta ampunan pada-Nya dari segala dosa yang telah dilakukan.

Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak lepas dari qada dan qadar-Nya. Manusia adalah makhluk Allah yang lemah. Hanya dengan satu virus yang notatebe adalah juga makhluk-Nya, bisa meruntuhkan kesombongan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang suka dijadikan sebagai "berhala baru" di era modern ini luluh lantak. Para ahli dan peneliti belum bisa memastikan apa obat virus Corona yang paling tepat.

Sebagai umat Islam, tentu kita masih ingat kisah Raja Namruz, seorang raja yang gagah perkasa, sangat berkuasa, sangat sombong, dan sangat zalim. Raja yang hidup pada masa Nabi Ibrahim AS tersebut tidak berdaya, mati, hanya oleh seekor nyamuk yang masuk melalui lubang hidungnya.

Lalu ada kisah Raja Abrahah dari Yaman dengan 200.000 tentara dan pasukan gajahnya yang begitu sangat kuat menyerang kota Mekkah dan hendak menghancurkan Ka'bah, tapi mereka tidak berdaya oleh serangan tantara Allah berupa burung ababil.  

Kemudian, di Mesir ada Fir'aun, pada masa Nabi Musa AS. Saking berkuasanya, dia mengangkat dirinya sebagai tuhan, tapi dia pasukannya mati oleh gulungan air laut saat mengejar Nabi Musa AS beserta pengikutnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah dihadapan-Nya dan kesombongan hanya akan mendatangkan mala petaka. Kekuasaan, harta, pangkat, atau jabatan hanya sementara. Suatu saat akan hilang atau diambil kembali yang memberikan amanah.

Ilmu pengetahuan dan teknologi seyogianya digunakan untuk kebaikan umat manusia, bukan membuat kerusakan di muka bumi. Ilmu pengetahuan seharusnya menjadi sarana bagi manusia untuk bersyukur bahwa Allah SWT sebagai Dzat yang Maha berilmu telah menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia, dan ilmu yang dimiliki oleh umat manusia sangat tidak berbanding dengan Ilmu yang dimiliki-Nya.

Bertepatan dengan momentum peringatan Isra Mikraj ini, mari kita jadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwan kepada Allah SWT. Dialah Dzat yang Maha Berkuasa menyebarkan penyakit apapun ke seluruh dunia, dan Dia pun Dzat yang Maha Berkuasa untuk menghentikannya. Kita, sebagai Hamba-Nya hanya bisa berikhtiar melalui berbagai upaya. Hanya kepada-Nya kita berharap dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan. Dalam salat yang kita lakukan, mari panjatkan doa untuk para pemimpin dan semua rakyat Indonesia agar terhindar dari virus Corona.

Tulisan ini ada juga di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun