Wahai saudara-saudaraku, para dokter dan perawat. Kalian, dengan segala pengorbananmu telah menjadi martir perang melawan Corona. Kalian secara nyata adalah pejuang sekaligus pahlawan kemanusiaan. Pengorbanan dan jasa kalian tidak bisa dinilai dengan materi. Kalian layak dapat penghargaan dan bintang jasa dari negara atas dedikasi kalian yang sangat luar biasa.
Saudara-saudaraku, para dokter, perawat, dan siapa pun yang saat ini bertugas di manapun. Kalian adalah garda terdepan dalam menangani para pasien yang terbaring di berbagai rumah sakit, khususnya pasien yang terjangkit virus Corona, melaui surat ini, Aku ingin menyampaikan sepucuk surat cinta kepada kalian.
Salut dan bangga. Dua kata itu yang pertama ingin aku sampaikan kepada kalian. Adalah benar apa yang kalian lakukan adalah sebagai konsekuensi tugas dan tanggung jawab kalian sebagai tenaga kesehatan.
Sebagai tenaga profesional, kalian telah disumpah untuk melaksanakan tugas dengan baik-baiknya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tapi ini terasa sangat dramatis dan menegangkan. Nurani kalian saat ini terpanggil.
Kalian sebenarnya telah terbiasa menagani pasien-pasien di rumah sakit, tapi suasana saat ini, terasa sangat mencekam, berbeda dengan kondisi seperti biasanya. Aku saja, yang hanya warga biasa, dalam kondisi sambil mengarantina diri, merasakan kekhawatiran dan suasana mencekam itu.
Apalagi kalian, orang-orang yang melihat dan menangani langsung pasien-pasien yang kena virus Corona yang sedang bertaruh nyawa. Bahkan, bukan hanya mereka yang bertaruh nyawa, tapi kalian pun, orang-orang yang bertugas membantu para pasien, pada dasarnya sedang mempertaruhkan nyawa.
Pakaian dan pelindung yang kalian gunakan tidak menjamin 100 persen kalian tidak terpapar virus Corona. Faktanya, sudah ada dokter yang perawat yang gugur dalam tugas. Hal itu menunjukkan begitu sangat ganasnya virus Corona.
Dalam keterbatasan, kalian terus berjuang dan berupaya sekuat tenaga menolong para pasien. Dalam kekhawatiran, karena kalian pun sebagai pribadi ingin tetap sehat dan punya keluarga yang ingin sehat juga, tapi kalian tetap berusaha tegar.
Kalian lebih mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan kalian sendiri. Rasa lelah tidak kalian hiraukaun, yang penting pasien terselamatkan.
Kalian telah berhari-hari bertugas di rumah sakit. Mengorbankan hak kalian untuk berisitirahat. Mengorbankan hak kalian untuk berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga kalian. Kalian tidak sempat membimbing kegiatan belajar anak atau cucu kalian di rumah karena kegiatan belajar di sekolah pun diliburkan.
Aku bisa merasakan betapa kalian pun ingin seperti orang-orang tua yang lainnya. Memeluk anak-anakmu dengan kasih sayang dan bersenda gurau dengan mereka, tapi hal itu tidak bisa kalian rasakan, karena negara memanggil kalian untuk mengabdi bagi bangsa dan negara, mengabdi untuk kemanusiaan, yaitu memerangi dan membebaskan masyarakat dari cengkeraman virus Corona yang semakin hari semakin mengganas.