Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyoal Efektivitas Kegiatan Study Tour di Sekolah

31 Januari 2020   23:11 Diperbarui: 1 Februari 2020   09:41 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks proses pembelajaran, karya wisata (study tour) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru dalam mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

Metode study tour juga bisa masuk ke dalam kategori pembelajaran di luar kelas (outing class). 

Secara teknis, peserta didik dengan didampingi oleh guru berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan materi yang dipelajari oleh siswa seperti museum, cagar budaya, bangunan bersejarah, kebun raya, kebun binatang, kampung adat, rumah sakit, pasar, kantor pemerintahan, bursa efek, dan sebagainya.

Harapannya, pembelajaran bisa menjadi lebih kontekstual dan lebih menyenangkan bagi siswa. Para siswa biasanya selain mendapatkan paparan berkaitan dengan tempat yang dikunjungi, juga bisa melakukan wawancara dan observasi lingkungan sekitarnya. 

Lalu membuat laporannya, baik secara individu maupun secara berkelompok.

Pada dasarnya tujuan dari metode ini baik, yaitu supaya siswa bisa melihat secara langsung suatu tempat, objek, mendapatkan informasi secara langsung dari sumber yang bisa dipercaya atau para pelaku di lapangan.

Walau demikian, kegiatan ini kadang mengundang keberatan atau protes dari orangtua siswa, karena pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari biaya yang tidak sedikit. Apalagi kalau tujuannya jauh, bahkan sampai ke luar kota.

Walau secara langsung tidak ada paksaan bagi siswa untuk mengikuti kegiatan study tour, tetapi secara psikologis, siswa yang tidak ikut merasa malu, tertekan, dan terancam tidak mendapat nilai dari guru. 

Pada akhirnya, para siswa yang tidak mampu meminta kepada orangtuanya untuk tetap ikut study tour. Akibatnya, orang tua yang kurang mampu pusing mencari biaya agar anaknya bisa ikut study tour.

Menyikapi hal tersebut, ada orangtua hanya bisa menggerutu, tapi ada juga yang kritis, menyatakan keberatan, atau minimal meminta keringanan kepada sekolah. 

Sebenarnya di sinilah peran komite sekolah diperlukan sebagai mediator dan fasilitator antara sekolah dan orangtua siswa agar tidak terjadi gejolak berkaitan dengan kegiatan study tour.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun