Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis sebagai Terapi Jiwa

30 Januari 2020   09:58 Diperbarui: 30 Januari 2020   22:19 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi zaman dulu berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Dulu, orang menulis hal yang sifatnya pribadi hanya untuk konsumsi dirinya sendiri atau beberapa orang yang dipercayainya, tetapi kini, di era medsos, setiap hal dituliskan yang bersifat pribadi ditulis di wall medsos sehingga banyak dibaca atau diketahui banyak orang. 

Saya melihat ada pergeseran nilai kepuasan secara psikologis. Kalau sebelum zaman medsos, dengan menuliskan di diary saja sudah puas, tetapi saat ini puas itu kalau sudah dituliskan di medsos. Semua itu, sekali lagi, sah-sah saja. 

Kepuasan dan ketenangan adalah hak setiap orang. Dan jika didapatkan dengan menulis, ya lakukan saja, dengan catatan tidak menyinggung SARA.

Selain menulis di medsos, ada yang membukukan kisahnya menjadi buku dengan harapan bisa menjadi motivasi inspirasi bagi orang lain. Biasanya yang ditulis adalah kisah-kisah luar biasa, spektakuler, dan inspiratif seperti kisah seseorang yang sembuh dari penyakit kronis.

Atau, kisah seorang ibu yang mengurus anak yang sakit atau memiliki kelainan, kisah sukses dan bisa keluar dari belenggu kemiskinan, kisah perjalanan wisata ke luar negeri secara backpacker dengan dana terbatas, kisah tugas di daerah konflik, kisah membantu korban bencana, dan sebagainya. 

Alangkah senangnya seorang penulis jika tulisannya tersebut mendapatkan apresiasi dan dapat menjadi inspirasi atau mengubah jalan hidup orang lain ke arah yang lebih baik.

Menulislah untuk ekspresi kepuasan Anda. Menulislah sebagai terapi psikologis Anda. Guru-guru yang mungkin menghadapi situasi yang "nano-nano" saat mendidik para siswanya, silakan ekspresikan pengalaman dan perasaannya melalui tulisan. 

Ketika suatu saat membaca kembali tulisan itu, mungkin saja Anda akan tertawa karena mengingat kembali masa lalu yang penuh dengan warna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun