Keempat:
"Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan."
 Sebagai pelaksana kurikulum, guru dihadapkan pada berat dan padatnya beban kurikulum. Dampaknya, guru kurang fokus terhadap penguasaan materi pelajaran, tetapi lebih fokus mengejar target materi yang harus diajarkan dalam satu semester.
Akibatnya, guru menyampaikan materi asal selesai, tidak terlalu peduli apakah materi tersebut benar-benar dikuasai oleh murid atau belum. Guru tidak berani menggunakan sumber-sumber belajar lain dan melakukan pendalaman materi, karena khawatir target materi tidak tercapai.
Kelima:
"Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghapal."
Penilaian yang lebih menekankan pada aspek hapalan menyebabkan guru lebih fokus kepada bagaimana siswa menghapal materi daripada memahami dan mengimplementasikan materi. Apalagi sampai pada ranah analisis, evaluasi, dan kreasi. Masih jauh dari harapan.
Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, sebenarnya Kemendikbud telah memberikan pelatihan kepada guru-guru agar pembelajaran bukan hanya pada ranah berpikir rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) yang terdiri dari C-1 (mengingat), C-2 (memahami), dan C-3 (mengimplementasikan), tetapi juga kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) yang terdiri dari C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mencipta).
Selain itu, para guru juga diarahkan untuk membekali siswa dengan kemampuan abad 21 yang disebut 4C yang meliputi: (1) communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan (4) creative and innovative (kreatif dan inovatif).
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru harus diberikan ruang untuk kreatifitas dan inovasi, membelajarkan siswa bukan hanya terbatas di dalam ruang kelas berukuran sekian meter kali sekian meter, tetapi juga di luar kelas, mengamati fenomena sosial, fenomena lingkungan, menyelesaikan masalah, atau menyusun alternatif penyelesaian masalah untuk melatih daya kritis, daya kreatif, dan inovatif.
Setiap siswa bukan hanya didorong untuk berkompetisi, tetapi juga untuk berkolaborasi agar mereka bukan hanya bersaing tetapi juga mampu bersanding. Bukan hanya saling mengalahkan, tetapi juga saling menguatkan.