Paul Joseph Goebels pernah mengatakan "A Lie told once remains a lie, but a lie told thousand times becomes truth" yang artinya sebuah kebohongan yang disebutkan sekali tetap akan jadi sebuah kebohongan, tetapi kebohongan yang diucapkan ribuan kali akan jadi sebuah kebenaran. Dengan kata lain, ada penggiringan opini publik, pembenaran lebih disukai daripada kebenaran. Sebuah informasi lebih disikapi secara subjektif dibandingkan disikapi secara objektif dan proporsional.
Hoaks, berita bohong, dan fitnah adalah hal yang menyertai era post truth dan disrupsi informasi. Oleh karena itu, masyarakat harus cerdas dan kritis dalam menyikapi setiap informasi yang beredar di media sosial. Jangan asal terima dan asal menyebarkan. Istilahnya saring sebelum sharing. Cek dan ricek, dan pikirkan keberfaidahan dari informasi yang diterima. Intinya, literasi informasi masyarakat harus diperkuat melalui edukasi informasi yang sehat.
Dibalik banyaknya pahlawan-pahlawan hasil framing dan pencitraan, saya yakin masih banyak pahlawan-pahlawan pembangunan yang orisinal, bekerja dalam senyap, tanpa haus popularitas dan pujian, keberadaannya dibutuhkan dan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat.
Sosok-sosok pahlawan orisinal inilah yang diperlukan. Para pejuang kemanusiaan, pejuang lingkungan, pejuang pendidikan, dan pejuang pemberdayaan masyarakat. Mereka membuka jalan keluar dari kesulitan, menjadi leader, menjadi pelopor, dan menjadi agen perubahan bagi masyarakat. Kita tunggu kiprah generasi millennial dan generasi Z untuk menjadi pahlawan di era post truth. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H