Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meneladani Sifat Rasul dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional

9 November 2019   21:42 Diperbarui: 11 November 2019   21:35 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock/Mainlake

Setiap memperingati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW, umat Islam selain diingatkan kembali tentang sejarah kelahirannya, juga diingatkan kembali tentang pentingnya meneladani akhlaknya yang mulia sehingga dirinya digelar Al-Amin atau orang yang bisa dipercaya.

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Selain itu, Beliau juga hadir untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal itu berulang-ulang disampaikan oleh para dai dan penceramah saat menyampaikan ceramah peringatan maulid Nabi.

Hal itu tidak salah diulang-ulang agar generasi lama diingatkan kembali dan generasi baru menjadi tahu sehingga sama-sama bermuara kepada tumbuhnya rasa cinta kepadanya. Sebagian ulama menyampaikan hadis yang menyatakan bahwa barangsiapa yang mencintai Rasul, maka akan bersamanya di surga.

Rasulullah SAW memiliki empat sifat wajib yang perlu diteladani, yaitu: 1) sidiq (benar/jujur), 2) amanah (bisa dipercaya memegang amanah), 3) fatanah (cerdas), 4) tabligh (menyampaikan kebenaran). Keempat sifat tersebut perlu diteladani oleh umat Islam dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Jika ditelaah, pasal tersebut selain sebagai penjabaran dari amanat alinea IV Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, juga bisa dikatakan relevan dengan keempat sifat Nabi tersebut.

Mengurus pendidikan di negara seperti Indonesia yang sangat luas dan beragam kondisi geografis, sarana dan prasarana, serta SDM-nya adalah hal yang sangat kompleks.

Nadiem Makarim yang saat ini ditugaskan untuk menjadi Mendikbud RI oleh Presiden Joko Widodo memiliki PR besar untuk membenahi dan meningkatkan mutu pendidikan.

Hal yang mendasar adalah berkaitan dengan karakter, karena karakter menjadi modal sangat penting dalam pembangunan dan daya saing sebuah bangsa, termasuk menjadikan karakter sebagai fondasi bagi generasi muda dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menghadapi krisis karakter yang cukup serius, utamanya di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain; dampak media massa, dampak media sosial, dampak game online, dampak krisis karakter di lingkungan keluarga, masyarakat, dan rendahnya keteladanan pemimpin serta tokoh masyarakat.

Menyadari hal tersebut, Kemendikbud telah melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan karakter kepada para peserta didik, di antaranya melalui Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Ada 5 (lima) nilai utama yang ditumbuhkan seperti: (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong.

Kelima nilai tersebut dapat dikembangkan menjadi nilai-nilai lainnya sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi sekolah. PPK dilakukan melalui kegiatan pembiasaan, diintegrasikan ke dalam pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler.

Nadiem telah banyak mendengar berbagai saran dan harapan terkait pembangunan pendidikan dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan praktisi dan pemerhati pendidikan.

Walaupun beragam, tetapi pada intinya harapannya sama, yaitu sang menteri dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional yang dinilai oleh banyak pihak masih jauh dari harapan.

Sejumlah masalah yang saat ini mendesak untuk ditata dan ditingkatkan seperti kurikulum pendidikan yang relevan dengan link and match (keterkaitan dan kesepadanan) agar menghasilkan yang berkualitas dan siap kerja (termasuk siap menciptakan lapangan kerja sendiri), peningkatan mutu guru, peningkatan mutu sarana dan prasarana, dan pemerataan akses dan mutu pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Dalam konteks sebagai pemimpin, menurut saya, keteladanan dari sifat-sifat Rasulullah SAW dapat menjadi inspirasi sekaligus semangat bagi Nadiem dalam memimpin Kemendikbud.

Antara lain, Beliau melaksanakan tugas dengan benar dan jujur, karena jabatan pada dasarnya adalah amanah yang harus diemban dengan baik sehingga layak untuk dipercaya. Untuk mengemban amanah tersebut tentunya diperlukan wawasan dan kemampuan yang mumpuni.

Oleh karena itu, Beliau pada pascapelantikan sebagai Mendikbud menyatakan bahwa masih akan banyak belajar dari berbagai sumber agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan dapat menyampaikan berbagai kebijakannya dengan jelas, bijak, dan tegas sehingga bisa laksanakan dengan baik oleh jajaran di bawahnya.

Dulu, awal-awal Nabi Muhammad SAW berdakwah menyebarkan agama Islam diwarnai oleh tentangan dan keraguan terhadapnya. Namun seiring berjalannya waktu, Beliau bisa menunjukkan kepemimpinannya dan mewujudkan visi kerasulannya untuk menyempurnakan akhlak manusia hingga bisa menerbitkan Piagam Madinah untuk menciptakan masyarakat yang tertib, beradab, dan berakhlak mulia.

Nadiem pun saya kira demikian. Di masa jabatannya yang belum 100 hari ini muncul berbagai keraguan terhadap kemampuannya dalam memimpin Kemendikbud. Dia menjadikan keraguan itu sebagai energi untuk membuktikan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin.

Nadiem sendiri menyatakan bahwa dirinya menyukai tantangan, karena tantangan membuatnya berpikir kritis hingga dapat menemukan alternatif solusinya. Beliau ingin membuktikan bahwa sesuatu yang menurut orang lain tidak mungkin ada solusinya, ternyata ada solusinya.

Dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang kompleks tersebut, Nadiem tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Beliau perlu dibantu oleh tim yang solid, kompak, mampu mengimbangi ritme kerjanya, dan mampu mengoperasionalisasikan setiap programnya sebagai pembantu presiden.

Tantangan tentunya pasti ada. Mulai dari pola pikir, sistem birokrasi, kompetensi, hingga pola pikir para aparat di bawahnya. Oleh karena itu, dengan mencontoh prinsip dakwah bil hikmah seperti yang dilakukan oleh Rasul, saya kira Nadiem akan mampu mengubah budaya kerja jajaran Kemendikbud, walau tentunya tidak dapat terwujud dalam waktu cepat, karena semuanya perlu proses.

Semoga refleksi dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi spirit bagi Nadiem Makarim untuk mewujudkan harapan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 

Kalau mampu melahirkan kebijakan pendidikan yang mampu mendongkrak mutu pendidikan nasional, saya kira beliau akan menjadi pahlawan reformasi pendidikan Indonesia, dan tentunya hasil dari kebijakannya tidak akan terasa satu atau dua tahun yang akan datang tetapi sekian tahun yang akan datang.

Oleh:
IDRIS APANDI
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun