EKSIS MELALUI MENULIS
Oleh:
IDRIS APANDI
(Penulis Ratusan Artikel dan Puluhan Judul Buku)
 Dalam sebulan ini, saya mengalami kejadian yang cukup menarik dalam kaitannya dengan aktivitas saya sebagai penulis. Pertama, saat saya mengisi sebuah pelatihan di sebuah sekolah di sebuah kota di Jawa Barat, saya bertemu untuk pertama kalinya dengan salah seorang pejabat Dinas Pendidikan kota tersebut yang kebetulan akan membuka kegiatan, dan ternyata Beliau adalah orang yang sering membaca tulisan-tulisan saya di Kompasiana atau web lain yang menerbitkan tulisan saya.
Saat itu, Beliau mengaku tidak ngeuh bahwa dirinya bertemu dengan orang yang selama ini tulisan-tulisannya sering menjadi bahan baginya untuk menyampaikan arahan sekaligus membuka sebuah kegiatan, khususnya terkait dengan dunia pendidikan. Tetapi setelah Beliau bertanya identitas saya kepala sekolah, Beliau terlihat sangat gembira, dan komunikasi pun yang awalnya terkesan formil dan kaku, menjadi lebih cair dan penuh dengan keakraban.
Pada saat itu, Beliau mengucapkan terima kasih kepada saya karena tulisan-tulisan saya cukup membantunya dalam menambah pengetahuannya seputar dunia pendidikan, sehubungan dirinya sendiri awalnya bukan berasal dari staf atau birokrat di lingkungan dinas pendidikan dan saat ini ditugaskan untuk menjabat di salah satu bidang di Dinas Pendidikan.Â
Beliau berkata kepada saya bahwa setiap apapun isu pendidikan yang akan dibahas, tulisan-tulisan saya hampir yang paling sering muncul di mesin pencari. Dan kadang tulisan saya tersebut langsung dibaca di depan para peserta kegiatan sebagai bahan sambutan dan pengarahan.
Kedua, saya bertemu dengan seorang kepala sekolah di sebuah kabupaten yang juga sedang menempuh pendidikan S-3 di sebuah perguruan tinggi di Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa Beliau ngefans terhadap tulisan-tulisan saya, bahkan meminta saya untuk menjadi "promotornya" dalam penulisan disertasinya.Â
Kebetulan Beliau akan meneliti tentang jiwa kewirausahaan kepala sekolah. Ingatan sang kepala sekolah tersebut cukup kuat. Beliau menceritakan tentang pernyataan-pernyataan atau tulisan-tulisan yang pernah saya sampaikan pada kegiatan yang pernah diikutinya. Saya, yang terus terang saja sudah lupa, menjadi diingatkan kembali oleh nostalgia yang disampaikan olehnya.
Selain menulis buku, saya juga menulis ratusan artikel di Kompasiana, sebuah blog yang bisa dikatakan dengan sebagai "rumah" bagi ribuan penulis di Indonesia bahkan mancanegara. Selain sebagai sarana menyebarkan ide dan gagasan, blog tersebut saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan saya agar mudah mudah dicari di mesin pencari kalau diperlukan (tentunya sepanjang tulisan saya tidak dihapus oleh admin blog tersebut).
Bagi saya, tulisan-tulisan yang saya tulis di Kompasiana ibaratnya sebuah etalase yang berisi menu ide atau gagasan yang bisa dibaca atau dinikmati para pembaca. Mereka bebas memilihnya sesuai dengan keperluannya masing-masing.Â
Dan disitulah kekuatan dan kebermanfaatan sebuah tulisan, karena tidak akan usang tergerus zaman, bisa menambah pengetahuan, dan menjadi inspirasi bagi para pembacanya. Insya Allah, pahala akan mengalir dari setiap hal yang bermanfaat yang dilakukan oleh siapapun, termasuk melalui tulisan.
Saya suka iseng menelusuri siapa saja yang mengutip atau me-repost tulisan-tulisan saya mesin pencari. Dan hasilnya ternyata cukup banyak tulisan-tulisan saya yang dikutip oleh mahasiswa, guru, dan dosen dalam makalah atau jurnal yang mereka tulis. Bahkan ada hal yang membuat saya merasa tersanjung, yaitu saat seorang guru besar bidang sastra di sebuah perguruan tinggi negeri yang berlokasi di Depok Jawa Barat mengutip pendapat saya pada artikel yang ditulisnya di sebuah jurnal.Â
Ada juga dosen yang yang mengutip pendapat saya di sebuah artikel jurnal dan artikel yang ditulisnya di sebuah koran di Jawa Barat. Dalam pikiran saya, jarang-jarang seorang dosen mau mengutip tulisan mahasiswanya sendiri, tapi ternyata Beliau begitu rendah hati mau mengutip tulisan saya untuk melengkapi tulisannya.
Menulis buku dan menulis di blog membuat saya dikenal dan lebih percaya diri saat menjadi narasumber di pelatihan, workshop, seminar, atau In House Training (IHT) di berbagai tempat. Selain menggunakan bahan tayang, saya juga menyertainya dengan buku atau artikel yang saya tulis agar materinya lebih lengkap. Ada kepuasan tersendiri saat menyampaikan materi hasil buatan sendiri, bukan hanya sekadar membaca bahan tayang buatan orang lain atau "oleh-oleh" dari pelatihan yang pernah saya ikuti.
Selain kenalan dan jaringan bertambah, jalinan silaturahim semakin luas. Rezeki dari undangan menjadi narasumber seminar, IHT, atau workshop pun mengalir. Portofolio karya tulis saya selain menambah kepercayaan diri saya, juga menambah kepercayaan pihak lain yang memerlukan narasumber untuk kegiatan yang mereka selenggarakan. Di situ hukum pasar berlaku. Produk yang berkualitas akan dicari oleh pelanggan.
Prinsip profesionalisme pun berlaku. Seorang profesional akan dicari-cari pihak yang memutuhkan jasanya, bukan dia yang mencari-cari pekerjaan. Prinsip Multi Level Marketing (MLM) pun terjadi.Â
Seorang pelanggan yang puas dengan sebuah produk atau jasa akan merekomendasikan produk atau jasa yang digunakannya kepada pihak lain. Disitulah promosi gratis terjadi. "Karpet merah" dan layanan istimewa akan terbentang bagi siapapun tenaga profesional yang dapat memberikan layanan yang berkualitas bagi setiap pelanggannya.
Keterlibatan saya pada beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemdikbud maupun Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota baik di Jawa Barat maupun di beberapa provinsi di Indonesia tidak lepas dari track record saya sebagai penulis. Mereka terlebih dahulu mengenal tulisan-tulisan saya dibandingkan dengan mengenal saya secara pribadi.
Pengetahuan yang luas, informasi yang kontekstual dan kekinian, cara penyampaian yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, serius tapi santai, komunikasi yang egaliter, sikap yang santun, saling menghormati dan saling menghargai menjadi modal penting bagi orang yang bergerak pada bidang pelatihan seperti saya.Â
Oleh karena itu, saya menyadari bahwa saya harus terus meningkatkan kualitas dan kapasitas diri saya agar layanan yang saya berikan semakin baik. Kolaborasi dengan pihak lain pun perlu dilakukan, karena saat ini sukses tidak dapat diraih sendiri, tetapi perlu kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain.
Walau awalnya menulis hanya sekadar iseng dan curat-coret, tetapi jika digeluti dengan serius, maka hal tersebut bisa menambah kebermanfaatan diri bagi orang lain. Secara psikologis, eksistensi adalah satu bentuk kebutuhan dasar manusia. Â Eksistensi membuat seseorang merasa lebih dihargai, lebih diakui, dan lebih bernilai.Â
Eksistensi bukan hanya perlu dicari, tetapi juga perlu diperjuangkan. Tentunya eksistensi melalui prestasi, bukan melalui sensasi yang memicu kontroversi. Kalau sudah eksis, tidak salah juga kalau dipromosikan untuk meningkatkan jenama diri.
Intinya, tulislah hal yang baik, bermanfaat, dan diperlukan oleh banyak orang. Niscaya tulisan-tulisan Anda akan banyak yang mencari, banyak yang membaca, banyak yang mengutip, dan banyak menjadikannnya sebagai referensi. Siapa tahu, tulisan-tulisan Anda bisa menjadi pintu gerbang peningkatan karir dan kesuksesan Anda. Anda, mau eksis? Salah satu jalannya melalui menulis. Wallaahu a'lam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H