Pak Nadiem Makarim yang terhormat, mengawali tulisan ini saya menyampaikan selamat dan sukses atas dilantiknya Bapak menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 2019-2024. Pada usia bapak yang baru 35 tahun, Bapak adalah representasi generasi millennial pada kabinet Presiden Joko Widodo Jilid II.
Cukup banyak pihak yang terkejut bahkan meragukan kemampuan Bapak atas dipilihnya Bapak menjadi Mendikbud mengingat latar belakang dan pengalaman Bapak selama ini jauh dari ranah dunia pendidikan. Pihak yang meragukan Bapak menyampaikan bahwa meskipun Bapak berhasil membangun sebuah perusahaan start up berbasis aplikasi, tetapi tidak ada jaminan akan berhasil membangun dan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sebuah jawaban diplomatis disampaikan oleh Bapak saat menanggapi berbagai pertanyaan seputar kemampuan Bapak dalam memimpin Kemendikbud, sebuah kementerian dengan salah satu anggaran terbesar, yaitu Bapak akan belajar dari nol. Semoga saja Bapak dapat belajar dengan cepat, melakukan identifikasi berbagai persoalan pendidikan yang perlu mendapatkan persoalan yang mendesak untuk diselesaikan dan membangun tim yang solid untuk membantu Bapak dalam menyelesaikan berbagai persoalan tersebut.
Mengapa Bapak dipilih menjadi Mendikbud? Tentunya hanya Presiden Joko Widodo yang paling tahu jawabannya. Tetapi cukup banyak pihak menduga, dipilihnya Bapak menjadi Mendikbud dalam rangka menjawab tantangan di era digital dan era revolusi industry 4.0. Selain itu, untuk mendorong para lulusan satuan pendidikan untuk memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship).
Pengalaman Bapak sebagai seorang founder sebuah perusahaan berbasis aplikasi mungkin diharapkan dapat mengubah dunia pendidikan menjadi lebih fokus kepada pengembangan jiwa wirausaha, dimana para lulusan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, bukan hanya sekadar menjadi pencari kerja.
Kurikulum 2013 yang saat ini diimplementasikan membekali peserta didik dengan kemampuan abad 21 (4C) yang meliputi: (1) communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), (4) creative and innovative (kreatif dan inovatif) dalam menjadi daya dukung dalam mewujudkan lulusan yang memiliki jiwa wirausaha. Pengembangan ekonomi kreatif di era digital dan revolusi industri 4.0 merupakan sebuah kebutuhan mutlak agar sebuah bangsa memiliki daya saing.
Sebuah studi menyatakan bahwa sebuah negara akan maju jika memiliki wirausahawan minimal sebanyak 2 persen dari total penduduknya. Dan salah satu persoalan yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia adalah tingginya angka pengangguran, utamanya yang berasal dari lulusan SMK (yang pada akhirnya banyak yang memilih menjadi pengemudi OJOL).
Tingginya angka pengangguran yang berasal dari lulusan SMK disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ; rendahnya daya saing, tidak sesuainya kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri, dan urusan mentalitas para lulusan yang mau langsung hidup enak dalam waktu yang cepat. Oleh karena itu, pembenahan kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman, peningkatan kompetensi guru, rekruitmen guru produktif yang berkualitas, peningkatan kualitas sarana dan prasarana, peningkatan kemitraan antara sekolah dengan dunia industri perlu menjadi langkah prioritas untuk meningkatkan mutu lulusan SMK.
Bapak Nadiem Makarim yang terhormat, penanganan masalah pendidikan di Indonesia termasuk masalah paling kompleks mengingat luasnya wilayah Indonesia, beragamnya kondisi sarana dan prasarana satuan pendidikan dan beragamnya kualitas guru. Belum lagi Indonesia akan menghadapi menghadapi krisis guru karena tahun 2020 sangat banyak guru yang pensiun. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan guru menjadi salah satu prioritas yang perlu dilakukan oleh Kemendikbud.
Dalam proses Bapak "belajar" sebagai Mendikbud, saran saya, selain Bapak perlu banyak bertanya kepada staf-staf Bapak di Kemendikbud, Bapak juga perlu blusukan, mendengar aspirasi, keluhan, harapan, dan keinginan para pelaku pendidikan di lapangan agar terjadi keseimbangan, proporsionalitas, dan objektivitas dalam menerima informasi.
Banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Kemendikbud, diantaranya penyelarasan kurikulum pendidikan agar sesuai dengan perkembangan zaman, pemenuhan kebutuhan guru, peningkatan kompetensi guru, pemenuhan sarana dan prasarana, penjaminan mutu pendidikan dalam rangka mencapai 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), dan sebagainya.