Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pelatihan Guru Bukan Sekadar Mengerjakan Lembar Kerja

23 Oktober 2019   06:49 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:02 3634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru-gGuru-guru Gugus Teratai Tanjung Selor, Bulungan, mempresentasikan hasil analisis masalah pembelajaran dalam satu sesi pelatihan berbasis KKG.(DOK. DISDIKBUD BULUNGAN, KALTARA)

Presiden sampai Mendikbud sudah mengingatkan bahwa guru jangan dibebani dengan berbagai administrasi pembelajaran agar lebih fokus dalam mengajar, tetapi sayangnya pada praktiknya guru masih dibebani dengan berbagai administrasi yang bertele-tele.

Jangan sampai administrasi KBM-nya lebih tebal dari buku pelajaran yang diajarkannya yang kadang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan administratif seperti kegiatan supervisi dan akreditasi. 

Setelah itu, berbagai administrasi itu hanya menjadi dokumen mati saja. Ibaratnya, membuat RPP nya 2 hari sedangkan mengajarnya hanya 2 JP.

Apakah ada jaminan guru menyampaikan materi persis seperti yang ditulisnya pada RPP? Belum tentu. Cukuplah guru hanya mencatat hal-hal penting yang akan diajarkannya, tidak perlu sampai detil, misalnya dalam bentuk peta konsep (mind map) karena dalam praktiknya bisa saja berubah, sesuai dengan situasi dan kondisi.

Menurut saya, saat ini ada hal yang lebih menantang atau mendesak untuk dilakukan oleh guru dari sekadar mengerjakan administrasi, yaitu membangun karakter atau budi pekerti peserta didik dimana saat ini cenderung semakin mengkhawatirkan. 

Integrasi nilai-nilai karakter bukan hanya menambah "warna-warni" RPP yang dibuat oleh guru, tetapi bagaimana nilai-nilai tersebut diinternalisasikan kepada para peserta didik. 

Dan inilah yang banyak terjadi dalam berbagai pelatihan. Guru diminta membuat RPP yang banyak "embel-embelnya" seperti integrasi literasi, PPK, 4C, HOTS, dan sebagainya, tetapi dalam praktiknya di kelas kadang berbeda dengan apa yang tertulis di RPP.

Kembali kepada soal pelatihan guru, pemerintah perlu terus mengembangkan strategi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, bersifat kontekstual, disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan informasi di era digital dan era revolusi industri 4.0 jangan hanya terfokus kepada pengerjaan lembar kerja yang bertumpuk, kadang bertele-tele dan kadang membosankan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun