Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kantorku Surgaku

9 April 2019   06:46 Diperbarui: 9 April 2019   06:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah manajemen yang tertutup, ketika ada staf yang mempertanyakan atau mengkritisi kebijakan pimpinan, dicurigai sebagai kelompok oposisi, berbahaya, dan akan diberi label yang orang yang sulit untuk diajak kerjasama. 

Akibatnya, karir sang staf "dibonsai", kurang diberikan kepercayaan, dan kurang diberikan ruang untuk mengembangkan profesinya. 

Akibatnya terjadilah sikap merasa anaktirikan dan merasa diperlakukan diskriminatif. Jika hal tersebut terjadi, suasana kerja dalam sebuah organisasi tidak akan sehat atau tidak akan kondusif. 

Dampaknya, motivasi kerja staf menurun, tidak ada motif berpestasi, kerja asal jadi atau asal selesai, tidak betah, dan ingin pindah ke tempat lain.

Untuk mengatasi hal tersebut, menurut saya, perlu dibangun sebuah komunikasi empatik humanistik antara pimpinan dan staf. Seorang pimpinan memanggil staf jangan hanya ketika ada kasus atau masalah saja, tetapi juga dalam konsisi dan situasi yang normal, walau hanya sekedar ngopi atau sarapan bersama. 

Berikan ruang kepada staf untuk menyampaikan keluhan atau harapan-harapannya. Walau belum tentu ada solusi, tapi minimal sang staf sudah senang, merasa didengar, merasa diakui, dan merasa diperhatikan oleh sang pemimpin.

Budaya apresiasi pun perlu dikembangkan untuk membangun motivasi berprestasi staf. Kompetisi yang sehat, reward and punishment ditegakkan agar tercipta komitmen dan tanggung jawab dari setiap staf. Rasa diakui dan dimanusiakan akan menjadikan sang staf mengatakan "kantorku adalah surgaku." Wallaahu a'lam.

KANTORKU SURGAKU

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun