Air hujan sulit diserap air karena tanah sudah banyak yang dilapisi beton, sumur-sumur resapan jarang dibuat, sampah-sampah menyumbat selokan-selokan, akibatnya air hujan meluap dan banjir pun terjadi. Lagi-lagi, banyak manusia menjadi korban akibat perbuatan sebagian manusia yang lainnya.
Kondisi yang saya deskripsikan di atas disebabkan karena manusia belum sadar terhadap pentingnya ecoliteracy. Oleh karena itu, ecoliteracy semakin mendesak untuk masukkan ke dalam kurikulum pendidikan.Â
Ruang lingkupnya misalnya; mengenalkan peserta didik terhadap lingkungan alam, cara merawat lingkungan alam, kearifan lokal untuk pelestarian lingkungan alam, mengenal pengolahan limbah dan sampah, mendaur ulang sampah, memanfaatkan sampah/ barang bekas menjadi barang baru, belajar bertani atau berkebun, dan sebagainya.
Ecoliteracy tidak perlu menjadi sebuah mata pelajaran baru, tetapi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang telah ada atau melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ecoliteracy penting untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia, serta menjadikannya warisan untuk generasi berikutnya. Wallaahu a'lam.
Oleh: IDRIS APANDI, Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Literasi atau Mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H