Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis dengan Gaya "Bodo Amat"

25 Maret 2019   21:12 Diperbarui: 25 Maret 2019   21:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MENULIS DENGAN GAYA "BODO AMAT"

Oleh:

IDRIS APANDI

(Penulis Buku "Saya Guru Saya Bisa Menulis")

Dalam berbagai kesempatan, baik saat mengisi pelatihan menulis atau pun saat ada yang berkonsultasi secara pribadi secara online, saya sering mendapatkan pertanyaan "bagaimana cara memulai menulis?" dan saya pun sering menjawabnya, baik secara singkat, setengah panjang lebar, maupun panjang lebar. 

Dan ternyata saat saya bertemu dengan sang penanya, apakah yang bersangkutan sudah memulai menulis? banyak yang menjawab belum juga memulai menulis disertai berbagai alasan. Disamping sibuk, malas, belum ada ide, juga mereka mengaku kurang percaya diri, dan tulisannya takut dikritik oleh orang lain.

Sebagai orang yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia menulis, saya bisa memahami kekhawatiran Anda, para calon penulis pemula tersebut, karena saya pun pernah mengalaminya. Oleh karena itu, saya selalu mengatakan "MENULISLAH DENGAN MERDEKA", karena perasaaan "merdeka" itulah yang akan membuat seorang penulis bebas mencurahan ide, gagasan, atau pengalamannya.

Lho, bukannya teori tentang cara menulis yang baik itu penting? Iya, benar, teori tentang cara menulis yang baik memang penting untuk dipelajari, tetapi untuk permulaan, abaikan dulu teori-teori menulis yang kadang membuat sang penulis menjadi tersandera, ragu, bahkan tidak berani memulai menulis.

Tulislah apapun yang ada dalam benak Anda. Biarkan mengalir melalui goresan pena atau tombol keyboard. Mungkin ide yang ditulis akan loncat-loncat karena ditulis secara kurang sistematis, tetapi biarkan saja itu terjadi, sampai tiba gilirannya Anda menelaah dan mengedit tulisan Anda. 

Saat Anda menelaah atau mengedit draft tulisan Anda, maka Anda akan merasakan mana yang menurut Anda redaksinya sudah benar atau belum, penggunaan tanda bacanya sudah benar atau masih ada yang perlu diperbaiki, alur berpikir atau alur ceritanya sudah sistematis atau belum, penjelasannya apakah sudah cukup, perlu ditambah, atau dikurangi, dan sebagainya.

Anda tidak akan menemukan kesalahan-kesalahan Anda sampai dengan Anda mencoba untuk menulis. Biarkan diri Anda menjadi hakim, analis, dan kritikus draft tulisan Anda sendiri. Anda pun boleh meminta bantuan orang lain untuk membaca, menelaah, bahkan "menguliti" tulisan Anda.

Ketika draft tulisan Anda "dikuliti" oleh orang lain, bersiap-siaplah untuk menerima kritik yang paling pedas sekalipun. Sudah jadi kebiasaan bahwa orang lain lebih dapat menemukan kekurangan karya orang lain, bisa memberikan komentar, saran, atau kritik kepada orang lain, meskipun dia sendiri belum tentu bisa melakukan hal yang Anda tulis. Terima saja setiap saran yang masuk. Keputusan ada di tangan Anda. Namanya juga kritik atau saran, apakah mau Anda terima atau tidak, itu tergantung kepada Anda untuk mempetimbangkannya.

Sebenarnya ada hal bisa dilakukan agar Anda bisa menulis draft tulisan secara lebih sistematis, yaitu membuat peta pikiran (mind mapping) atau kerangka karangan. Anda membuat point-point atau garis besar dari tulisan yang akan buat, lalu dikembangkan menjadi tulisan yang utuh dan sistematis.

Agar Anda menjadi diri Anda sendiri dalam menulis, maka perlu proses berlatih secara terus menerus dan sikap "bodo amat" terhadap kritik orang lain. Sikap "bodo amat" bukan berarti Anda merasa paling bisa atau paling tahu tentang tulisan yang Anda tulis, tetapi saran atau kritik itu tidak selalu cocok untuk Anda. 

Andalah yang paling tahu, apa jenis tulisan yang akan Anda buat, alur kisah dan ending-nya mau seperti apa? Sebagus apapun tulisan yang Anda buat, belum tentu bisa memuaskan atau menarik bagi semua segmen pembaca. Ada yang suka dengan gaya tulisan Anda, tetapi mungkin saja ada yang kurang suka dengan gaya tulisan Anda. Setiap saran dan kritik yang disampaikan oleh pembaca, biasanya berdasarkan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan harapan pembaca.

Sikap "bodo amat" yang Anda tunjukkan bukan berarti pula Anda keras kepala dan tidak menjadi penulis pemelajar. Pelajari dan tingkatkan terus pengetahuan Anda seputar ilmu menulis melalui berbagai cara, seperti membaca, diskusi dengan pakar, atau sesama menulis, ikut diklat menulis, dan sebagainya. Asah terus keterampilan Anda dalam menulis melalui latihan dan latihan.

Selain itu, lakukan juga riset agar tulisan Anda makin berisi dan makin berkualitas. Maksud riset disini tidak seperti mahasiswa yang melakukan riset untuk menyelesaikan tugas akhir, tetapi lebih kepada mencari bahan atau inspirasi untuk memperkaya tulisan Anda. Bentuknya bisa observasi, wawancara, diskusi, studi dokumentasi, atau menyebarkan angket. Saya yakin, sikap "masa bodo" yang Anda tunjukkan saat menulis, akan membuat Anda nyaman dan "merdeka" saat melakukannya, dan akan membuat Anda jatuh cinta terhadap kegiatan menulis. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun