Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peningkatan Kemampuan HOTS Siswa Melalui Pembuatan "Mind Mapping"

5 November 2018   20:57 Diperbarui: 6 November 2018   06:53 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu harapan yang dibebankan kepada guru pada pelaksanaan kurikulum 2013 adalah guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang mampu merangsang keterampilan berpikir kritis siswa hingga ke level yang paling tinggi. Berpikir secara kritis ditandai dengan memikiran segala sesuatu secara rinci, detil, dan mendalam.

Siswa memiliki rasa penasaran yang tinggi, mengajukan pertanyaan, mencari alteratif pemecahan masalah, hingga mampu membuat sebuah keputusan. Selain itu, dia juga mampu menyampaikan alasan-alasan berkaitan dengan keputusan yang diambilnya secara argumentatif.

Pada kurikulum 2013 diterapkan pembelajaran abad 21 atau yang dikenal 4C, yang meliputi (1) communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan (4) creative and innovative (kreatif dan inovatif). Keempat hal tersebut dapat tercermin dalam penerapan pendekatan saintifik yang dikenal dengan 5M, yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpukan informasi, (4) menalar/ mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan.

Selain itu, kegiatan pembelajaran harus didesain bukan hanya pada kognitif tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) seperti mengingat (C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan (C-3), tetapi pada kognitif tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) seperti menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6). Tujuannya agar para siswa tak sekedar mampu menghapal fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, tetapi juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan membuat sebuah produk atau karya sebagai tingkat kognitif yang paling tinggi. Hal ini tentunya disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD).

Siswa tidak dijejali berbagai teori, tetapi diberikan ruang untuk berpikir dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran. Siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek belajar, juga sebagai subjek belajar, bahkan bisa dijadikan sebagai sumber belajar bagi teman-temannya (tutor sebaya).

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus kreatif dan inovatif. Salah satu media yang bisa digunakan untuk merangsang keterampilan berpikir siswa adalah peta pikiran (mind mapping). Mind Mapping kembangkan oleh Tony Buzan, seorang psikolog dari Inggris. Mind mapping diaplikasikan pada bidang pendidikan, seperti teknik, sekolah, artikel serta menghadapi ujian.

Mind mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak.

Mind mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind mapping mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif. Mind mapping yang sering kita sebut dengan peta konsep adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan (Tony Buzan, 2008:4).

Dalam praktek pembelajaran, mind mapping, bisa digunakan untuk merangsang kreativitas siswa dalam mengembangkan pikiran utama dari sebuah masalah yang dibahas. Sekian banyak pembahasan bisa disingkat atau ditampilkan hanya dalam satu lembar kertas HVS atau kertas plano. Atau juga bisa dibuat secara digital dengan menggunakan aplikasi atau software tertentu.

Supaya menarik, biasanya mind mapping dibuat sedemikian rupa baik warna, warna huruf, jenis huruf, bentuk ruang deskripsi, warna ruang deskripsi, warna garis, dan sebagainya. Dilengkapi dengan gambar-gambar atau hiasan yang relevan dengan topik yang dibahas. 

Selain masalah ketepatan dan kecermatan dalam membuat sebuah catatan atau deskripsi singkat dari sebuah masalah, sisi estetika pun diperhatikan agar mind map yang dibuat menarik dan nyaman untuk dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun