Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan dari Penilaian Best Practice SPMI

5 November 2018   15:57 Diperbarui: 5 November 2018   15:59 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanggal 23 s.d. 26 Oktober 2018, bertempat di sebuah hotel di kota Bandung, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat melaksanakan penilaian Best Practice (BP) Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang dibuat oleh sekolah model jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK binaan LPMP Jawa Barat sebanyak 440 sekolah. Walau demikian, menurut informasi yang saya terima dari leading sector, tidak semua sekolah mengirimkan BP karena berbagai sebab.

Para penilai terdiri dari widyaiswara, Pengembang Teknologi Pendidikan (PTP), dan tenaga fungsional umum yang ditugaskan oleh lembaga. Out put dari kegiatan tersebut adalah dihasilkannya 11 BP terbaik melalui proses penilaian sebanyak tiga tahap.

Sebelum penilaian dimulai, saya diminta oleh panitia untuk menyampaikan materi Konsep Dasar Best Practice. Tujuannya bukan untuk menggurui, tetapi hanya sekedar berbagi kepada rekan sejawat, dan sekaligus menyamakan persepsi para penilai berkaitan dengan BP yang akan dinilai. 

Pada kesempatan itu, saya menggarisbawahi bahwa kegiatan penilaian bukan hanya sekedar untuk "menghakimi", tetapi juga digunakan untuk mengapresiasi karya tulis orang lain, karena pada dasarnya menulis bukan hal yang mudah. Banyak pendidik dan tenaga kependidikan yang secara de facto telah berhasil melakukan berbagai peningkatan mutu layanan pendidikan, tetapi kesulitan ketika menuliskannya.

Pada penilaian tahap 1, panitia membagi peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan BP jenjang sekolah yang akan dinilai. Satu kelompok rata-rata menilai antara 20-30 BP. Pada penilaian tahap 2, tim yang dibentuk pada penilaian tahap 1 dilebur menjadi tim baru yang rata-rat menilai 10 BP yang lolos penilaian tahap 1. Dan pada penilaian tahap 3, BP-BP yang lolos pada tahap 2 dinilai melalui diskusi grup terfokus (focus group discussion/FGD) oleh tim penilai dan akhirnya melalui diskusi yang alot, terpilih 11 BP yang dinilai layak untuk lolos, yang terdiri dari 2 BP jenjang SD, 3 BP jenjang SMP, 1 BP jenjang SMA, dan 1 BP jenjang SMK.

Sepanjang kegiatan penilaian BP, saya mengamati diskusi dan kadang debat terjadi antarpenilai terhadap BP yang dinilai oleh mereka. Hal itu wajar, karena walaupun sudah ada instrumen dan rubrik penilaian, perbedaan pendapat pasti ada saja, karena disebabkan masing-masing penilai memiliki pendapat, cara pandang, dan pengalaman masing-masing.

Walau beda pendapat, tujuan dari para penilai pada dasarnya sama, yaitu mendapatkan BP terbaik dari sekian banyak BP yang dinilai. Kriteria utamanya antara lain, berkaitan pemenuhan mutu pada pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), masalah yang diangkatnya penting dan mendesak dalam meningkatkan mutu sekolah, langkah-langkah penyelesaiannya inovatif, unik, menarik, diuraikan secara jelas, rinci, dan sistematis. 

Solusi yang diambil berdampak luar biasa (outstanding), berkelanjutan, ekonomis, efektif dan efisien, terdapat kesimpulan dan saran/ rekomendasi, terdapat pembelajaran yang diambil (lesson learned) dari pelaksanaan BP tersebut sehingga bisa menjadi model bagi yang lain.

Saya melihat telah ada upaya perbaikan sistem dan mekanisme penilaian BP dibandingkan dengan tahun lalu, sehingga 11 BP yang hasilkan merupakan BP-BP SPMI terbaik, walau tentunya ada catatan-catatan masih perlu ada perbaikan yang harus dilakukan agar BP tersebut sesuai dengan harapan, apalagi ada wacana atau rencana 11 BP terpilih akan dibukukan. Tujuannya agar bisa disebarkan, bisa lebih bermanfaat, dan bisa menjadi inspirasi bagi TPMPS, satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Jika kumpulan best practice tersebut dibukukan, selain para pemenang merasa bangga dan merasa diapresiasi, juga menjadikan peran LPMP Jawa Barat dalam penjaminan mutu pendidikan di Jawa Barat semakin eksis dan semakin diperhitungkan. LPMP Jawa Barat yang core business-nya adalah penjaminan mutu pendidikan tentunya harus mampu menunjukkan produk atau hasil dari pendampingan dan pembinaannya ke sekolah-sekolah.

Di akhir catatan ini, saya sebagai salah salah satu dari sekian banyak penilai BP SPMI memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada panitia dan para staf Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi (PMS) dibawah kepemimpinan Drs. Aos Firdaus, MP sebagai leading sector kegiatan yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan baik, dan memberikan pelayanan kepada para peserta. Tidak lupa juga apresiasi terhadap rekan-rekan di Subbag. Umum yang telah mendukung kegiatan ini. Semoga ikhtiar ini menjadikan motivasi dan semangat untuk memberikan layanan terbaik dalam penjaminan mutu pendidikan di Jawa Barat pada tahun-tahun berikutnya. Wallaahu a'lam.

ATATAN DARI PENILAIAN BEST PRACTICE SPMI

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara LPMP Jawa Barat/Penulis Buku Sekolah Kaizen)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun