Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

19 Oktober 2018   23:10 Diperbarui: 19 Oktober 2018   23:57 19112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu kebijakan dalam implementasi kurikulum 2013 (K-13) adalah perubahan paradigma pembelajaran dari berpusat kepada guru (teacher centered) menjadi berpusat kepada siswa (student centered). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru-guru diharapkan untuk menerapkan pendekatan saintifik (ilmiah) dalam kegiatan pembelajaran yang dikenal dengan 5 M, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mendorong peserta didik untuk menjadi "peneliti", berpikir ilmiah, kritis dan analitis, karena pembelajaran dilakukan mulai dari tahapan mengidentifikasi permasalahan, menyusun rumusan masalah, menyusun dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, menyusun laporan, hingga mempersentasikannya.

Pendekatan saintifik juga mendorong siswa untuk berjiwa investigatif, memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi, hingga dia bisa membangun konsep sendiri melalui pengalaman belajar yang dialaminya. Oleh karena itu, dia bisa mendapatkan pembelajaran yang menantang, menyenangkan, dan bermakna.

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk penerapan pendekatan saintifik antara lain; menyingkap atau menemukan (discovery/ inquiry), penyelesaian masalah (problem solving), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Guru sebagai pengelola pembelajaran tentunya harus memahami langkah-langkah pendekatan saintifik dengan baik, walau sebenarnya disadari atau tidak, guru pun sebenarnya telah mempraktekannya, meskipun tidak menyebutnya sebagai pendekatan saintifik. 

Pada diklat atau bimtek kurikulum 2013 (in), para peserta diberikan materi penerapan pendekatan sainitifik dalam pembelajaran, walau kadang tidak bisa dipungkiri kurang optimal mengingat terbatasnya waktu. 

Oleh karena itu, pada saat pendampingan kurikulum 2013 (on), para peserta didampingi oleh instruktur K-13 cara menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas, lalu mereka bisa berdiskusi jika ada kendala untuk mencari solusinya.

Menurut saya, penerapan pendekatan saintifik pada dasarnya mudah, dengan catatan mau mengubah paradigma pembelajaran dan mau belajar untuk mempraktekkannya. 

Metode ceramah bukannya tidak boleh dilakukan, karena dalam penerapan model pembelajaran apapun, ceramah pasti dilakukan oleh guru, minimal sebagai pengantar pada awal pembelajaran, ketika menjawab pertanyaan siswa, atau saat memberikan penguatan di akhir pelajaran.

Pendekatan saintifik dapat mendukung pembentukan keterampilan abad 21 yang dikenal 4C yang meliputi (1) Communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan (4) creative and innovative (kreatif dan innovatif). Selain itu, penerapan pendekatan sainifik dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk memberikan pengalama belajar kepada siswa para ranah berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

Siswa bukan hanya diarahkan untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan (C1 s.d. C3), tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta atau membuat karya (C4 s.d. C6). 

Apalagi saat ini para siswa yang disebut sebagai generas millennial atau generasi Z (Gen Z) bukan hanya perlu diberikan kemampuan abad 21 atau yang disebut HOTS, tetapi juga kemampuan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri yang menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau robot cerdas. 

Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam setiap urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat mengakses, mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan pendidikan adalah tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari revolusi industri 4.0.

Teknologi online lambat laun akan menlenyapkan cara-cara tradisional dan konvensional dalam sebuah proses kerja. Inovasi teknologi begitu cepat berubah, dan yang lambat berubah akan tertinggal dan tergerus oleh perkembangan zaman. Internet menjadi kebutuhan pokok manusia. Globalisasi telah membuat dunia telah menjadi seolah tanpa batas. Melalui dunia maya manusia menyebarkan informasi, berkomunikasi, dan berinteraksi.

Revolusi industri 4.0 berimplikasi terhadap pentingnya para peserta didik diberikan kemampuan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan standar kebutuhan kompetensi yang semakin tinggi. Selain kemampuan untuk bersaing, mereka pun dituntut untuk bisa bekerjasama, kreatif, dan inovatif untuk mampu bertahan.

Penerapan penggunaan walau tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya jurus jitu untuk meningkatkan standar kelulusan peserta didik, setidaknya hal ini merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Intinya, perkembagan zaman yang dinamis perlu diimbangi oleh inovasi-inovasi dalam pendidikan. 

Dalam kurikulum 1984 kita mengenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), lalu pada kurikulum 1994 dan 2006, kita mengenal yang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (contextual teaching and learning/CTL), lalu pada kurikulum 2013 muncul pendekatan santifik, HOTS, 4C, dan integrasi literasi serta PPK dalam pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran yang tidak dipungkiri kadang suka merasakan dijadikan "kelinci percobaan" kebijakan pemerintah dan merasa bingung dengan "dinamika" yang terus berkembang, mau tidak mau memang harus bisa beradaptasi dan menyiasati dinamika tersebut dengan tetap mengedepankan niat baik dan optimism bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah untuk meningkatan mutu pendidikan dan untuk meningkatkan daya saing bangsa di tengah kompetisi global yang semakin ketat dan kompetitif.

Berdasarkan kepada hal tersebut, tidak ada kata lain bagi guru untuk terus meningkatkan kompetensinya, termasuk dalam hal penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Guru adalah manajer pembelajaran. Dia sepenuhnya pengendali pembelajaran. Alur pembelajaran sangat tergantung dari "racikan" strategi pembelajaran yang dirancangnya.

Menyajikan pembelajaran yang menarik bukan hal yang mudah. Butuh kreativitas dan inovasi guru. Sebelum pembelajaran, guru disamping perlu menyiapkan "amunisi" yang akan digunakan dalam pembelajaran seperti sumber belajar, alat peraga/media pembelajaran, dan menguasai berbagai model dan metode pembelajaran. 

Dan satu hal yang pasti adalah guru harus menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), jangan sampai menjadi guru "gaptek", karena pembelajaran saat ini memang harus dikemas secara menarik, dan TIK dapat membantu untuk mewujudkannya. 

Guru yang mampu menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran akan menjadi guru yang bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator, dan "manajer" kelas yang andal dan profesional. Mau menjadi guru seperti itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun