Tanggal 23 September 2018 saat Persib Bandung menjamu Persija Jakarta di stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), seorang supporter Persija bernama Haringga Sirilla tewas dikeroyok oleh sejumlah oknum supporter Persib.
Peristiwa tersebut bisa dikatakan sangat sadis dan sangat biadab. Sekelompok orang memukul, menendang, menyeret, memukul dengan balok hingga berdarah dan meregang nyawa.
Rintihan dan teriakan minta tolong dari korban tidak mampu menghentikan aksi brutal tersebut. Nilai-nilai kemanusiaan sudah tidak diperhatikan, tertutupi amarah dan kebencian yang sudah sekian lama berkecamuk. Walau sebenarya ribuan aparat keamanan sudah berupaya bekerja secara optimal mengamankan stadion, tetapi peristiwa tragis tersebut tetap terjadi.
Kedatangan Haringga ke stadion GBLA untuk mendukung tim kesayangannya tak ubahnya seperti mengantar nyawa. Larangan bagi The Jak untuk datang ke GBLA tidak digubris demi rasa cintanya kepada tim kesayangannya. Cinta memang kadang tidak mengenal logika. Walau dilarang dan sangat beresiko, tetap saja datang.
Persib dan Persija memang dikenal sebagai "musuh bebuyutan" sejak zaman perserikatan hingga berubah liga Indonesia. Jika di liga Spanyol ada pertandingan el classico antara Barcelona versus Real Madrid, maka pertandingan antara Persib dan Persija diberi tajuk elclassico-nya Indonesia karena menjanjikan pertandingan yang bergengsi, ketat, keras menjurus kasar, dan sarat emosi.  Hal tersebut juga tidak jarang memancing emosi pemain kedua tim dan para suporter. Apalagi kalau kepemimpinan wasit dianggap tidak netral.
Pertandingan Persib dan Persija bukan hanya masalah sekedar permainan sepak bola, tetapi urusan gengsi dan harga diri bagi kedua klub yang dikenal memiliki banyak suporter fanatik tersebut.
Suporter Persib dan Persija memang dikenal sudah lama tidak akur. Hal ini dipicu oleh kesalahpahaman sekian tahun silam diantara mereka. Bentrok antara Viking sebuah bagi suporter Persib dan The Jak sebutan bagi suporter Persija sering terjadi dan sudah banyak merengut nyawa.
Haringga menjadi korban ketujuh laga Persib dan Persija sejak tahun 2012 hingga 2018. Hal tersebut sangat disesalkan dan seharusnya tidak terjadi, tetapi tetap saja terjadi.
Berbagai upaya damai antara dua kubu suporter telah dilakukan dengan difasilitasi oleh PSSI dan aparat keamanan, tetapi seolah seperti setengah hati. Perdamaian di antara elit pengurus suporter tidak sampai ke tingkat bawah.
Pada berbagai atribut kedua klub tampak tulisan-tulisan yang mencerminkan fanatisme dan kebencian antara pendukung Persib dan Persija. Di media sosial, aksi saling ledek, ejek, dan saling hina antar pendukung semakin memanaskan konflik kedua kubu suporter. Para pengurus klub, pengurus supporter, PSSI, dan aparat keamanan seperti sudah hampir kehilangan akal untuk mendamaikan Viking dan The Jak.
Hal tersebut terlihat dari adanya usulan pertandingan tanpa penonton, pemindahan tempat pertandingan, sanksi bagi kedua klub, dan menghentikan liga Indonesia jika sepak bola hanya menyebabkan jatuhnya korban jiwa.