PENJAMINAN MUTU PENULISAN BUKU ANTOLOGI KELOMPOK
Oleh:
IDRIS APANDI
(Praktisi Kepenulisan, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar/KPLJ)
Pascadigulirkannya gerakan literasi dan adanya kewajiban guru menulis karya tulis ilmiah, kegiatan menulis karya ilmiah khususnya buku di kalangan guru semakin semarak. Tingginya antusiasme guru dalam kegiatan menulis ditindaklanjuti olehorganisasi profesi guru, komunitas penulis, dan lembaga pelatihan untuk menulis buku.
Setiap pelatihan menulis hampir dipastikan banyak peminatnya. Disini terjadi simbiosis mutualisme. Di satu sisi guru-guru perlu pengembangan profesi, dan di sisi lain, tidak dapat dipungkiri juga ada sisi ekonominya, yaitu jasa penerbitan buku bisa mendapatkan keuntungan.Â
Ada penerbit yang sekaligus menyediakan jasa pelatihan menulis sekaligus memfasilitasi penerbitan bukunya, dan ada juga yang hanya menyediakan jasa penerbitan buku secara self publishing.
Kemdikbud pun sebenarnya telah cukup sering menyelenggarakan pelatihan menulis bagi guru-guru, walau pun belum semua guru mendapatkan kesempatan mengikutinya. Kebanyakan justru guru-guru yang berprestasi yang sering diundang mengikuti pelatihan, sedangkan guru-guru "biasa" sangat jarang mendapatkan kesempatan. Justru menurut saya, pemerintah harus memprioritaskan pelatihan bagi guru-guru yang ingin bisa menulis, tapi belum memiliki kesempatan, agar ada pemerataan kesempatan dan pemerataan peningkatan profesionalisme guru.
Memang tidak dapat dipungkiri juga, diantara sekian banyak guru yang telah mendapatkan kesempatan pelatihan, ada yang mentalnya tidak kunjung berubah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor usia, faktor pengalaman kerja, faktor budaya kerja, dan faktor rendahnya motivasi karena jelang pensiun. Kalau ternyata telah diberi kesempatan tetapi dia kurang memanfaatkannya dengan baik, hal tersebut menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Bagi guru-guru yang memang kurang memiliki minat dan kepedulian terhadap menulis, mengajak atau menawarkan pelatihan menulis merupakan hal sulit. Responnya relatif rendah. Di satu sisi ingin karirnya meningkat, tetapi di sisi lain, sulit untuk berubah dan meningkatkan profesionalismenya.
Buku-buku yang ditulis oleh guru beragam, ada yang fiksi dan ada yang nonfiksi. Ada yang ditulis sendiri dan ada yang ditulis secara berkelompok. Guru-guru yang menulis sendiri biasanya guru-guru yang telah memiliki naskah yang cukup untuk dijadikan satu buku (minimal 50 halaman sesuai standar UNESCO) atau ingin mencoba berkarya sendiri walau berstatus sebagai penulis pemula, sedangkan guru yang memiliki naskah yang masih terbatas tetapi ingin menulis buku atau kurang percaya diri menulis buku sendiri, dia memilih untuk bergabung menulis buku antologi secara berkelompok.