Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mulai serius digerakkan oleh Kemdikbud sejak tahun 2015. Hal ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan penumbuhan budi pekerti yang diatur berdasarkan Permedikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.Â
SDN Kalijaga Permai Kota Cirebon sangat antusias dan sangat serius dalam melaksanakan GLS karena menyadari bahwa tujuan kegiatan ini sangat baik untuk menumbuhkan minat baca siswa, karena sudah bukan rahasia lagi, minat baca bangsa Indonesia termasuk di lingkungan pendidikan masih sangat rendah.
Kebiasaan membaca perlu ditanamkan sejak dini, agar aktivitas membaca tidak lagi dianggap sebagai beban, hanya untuk menunggu datangnya ngantuk, atau bahkan supaya mata jadi ngantuk, tetapi membaca menjadi aktivitas yang menyenangkan dan menjadi sebuah kebutuhan, karena dalam dirinya telah tertanam kesadaran bahwa dengan membaca, dia mendapatkan banya manfaat, seperti menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman.
Berdasarkan kepada hal tersebut, SDN Kalijaga Permai secara intensif melaksanakan kegiatan membaca baik secara individu maupun berkelompok, ada target atau tagihan bacaan yang wajib dikumpulkan oleh siswa. Membuat pohon literasi, pojok baca, mading, mengoptimalkan perpustakaan dan sebagainya. Untuk memotivasi para peserta didik, maka sekolah pun memberikan penghargaan dalam medali kepada para peserta didik yang berhasil memenuhi target bacaan dalam sekian bulan.
Pelaksanaan GLS di SDN Kalijaga Permai tidak lepas dari peran kepala sekolah dan guru yang secara aktif dan sangat bersemangat mendukung kegiatan tersebut. Sebut saja Novi Nurul Khotimah, sang Kepala Sekolah yang juga telah menghasilkan beberapa buku, baik secara mandiri maupun dalam bentuk antologi.Â
Selain itu, Beliau juga aktif menulis di blog Kompasiana, aktif di Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ), serta menjadi pengurus di Cirebon Leader Reading Challenge (CLRC) sebagai organisasi yang getol menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi di Kota Cirebon. Dengan demikian, ruh literasi telah ada dalam jiwanya, sehingga sangat wajar kalau Beliau pun sangat aktif menyelenggarakan kegiatan literasi di sekolah yang dipimpinnya.
Selain Novi Nurul Khotimah selaku kepala sekolah, saya pun mengenal dua sosok guru sebagai lokomotif GLS di SDN Kalijaga Permai, yaitu Dewi Pujiati dan Agus Wartono. Dewi Pujiati awalnya saya kenal melalui FB.Â
Saya suka kepo dengan postingan kegiatannya di FB, khususnya kegiatannya menggerakkan literasi di sekolah tempatnya bertugas. Setelah sekian lama mengamati berbagai kegiatannya, saya berkesimpulan bahwa Dewi Pujiati merupakan sosok yang memiliki militansi yang luar biasa dalam menggerakkan kegiatan literasi. Oleh karena itu, saya mengangkat profilnya dalam salah buku saya yang berjudul LITERASI ATAU MATI.
Profil Dewi Pujiati saya angkat selain sebagai bentuk apresiasi saya terhadap kiprahnya sebagai guru pegiat literasi di SDN Kalijaga Permai khususnya, dan umumnya di Kota Cirebon, juga semoga menjadi inspirasi bagi guru atau pegiat literasi yang lain bahwa kalau ingin tahu berliterasi dengan hati, contohlah seorang Dewi Pujiati.
Agus Wartono adalah sosok guru yang "bekerja dalam senyap" dalam membangun budaya literasi di SDN Kalijaga Permai. Tidak banyak gembar-gembor, tetapi hasilnya ada dan terasa. Saya pernah bertemu beberapa kali dengannya dalam kegiatan peningkatan kompetensi guru dan workshop literasi di kota Cirebon, karena Beliau juga adalah satu pengurus CLRC.
Beliau adalah tandem dari Dewi Pujiati dalam menyusun dan melaksanakan program literasi di SDN Kalijaga Permai. Salah satu buah dari hasil kerja keras mereka berdua adalah lahir buku DUNIA SEJUTA IDE (KUMPULAN CERITA DAN PUISI) yang merupakan antologi karya peserta didik SDN Kalijaga Permai. Hal ini bagi saya merupakan pencapaian yang luar biasa, karena bukan hal yang mudah mendorong peserta didik untuk menulis.Â
Jangankan menulis, kegiatan membaca saja di sebagian sekolah masih harus dikondisikan dan dipaksa-paksa oleh guru. Dan urusan menulis, jangankan di kalangan peserta didik SD, di kalangan guru saja masih banyak guru yang kesulitan menulis, sehingga prestasi ini layak untuk diapresiasi.
Lahirnya penulis-penulis cilik dari SDN Kalijaga Permai merupakan bukti nyata keseriusan SDN Kalijaga Permai dalam melaksanakan GLS. Mereka perlu terus dibina untuk terus berkarya dan meningkatkan kualitas karyanya.Â
Siapa tahu akan jadi penulis hebat di masa depan. Menurut saya, sekolah ini layak menjadi sekolah model literasi bukan hanya di Kota Cirebon, tapi juga di provinsi Jawa Barat. Bagi yang ingin lebih tahu tentang bagaimana cara untuk membangun gerakan literasi, SDN Kalijaga Permai dapat menjadi rujukan. Silakan berkunjung ke sekolah ini. Salam Literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H