Nama Hanifan Yudani Kusumah tiba-tiba menjadi viral. Bukan hanya prestasinya menyumbang medali emas ke-29 bagi Indonesia melalui cabang pencak silat pada Asian Games 2018, tetapi karena aksinya yang mengajak Presiden dan Joko Widodo berpelukan dengan Prabowo Subianto Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Sontak aksinya tersebut mengundang decak kagum warganet (netizen). Hanif telah menjadi perantara berpelukannya dua tokoh politik yang akan bersaing pada Pilpres 2019.Â
Olahraga sejenak dapat mempersatukan dua pihak yang saling berbeda kepentingan dan dapat menurunkan tensi politik di tengah ramainya perang tagar (#) antara kedua belah pendukung. Semuanya larut dalam kebahagiaan dan kegembiraan atas prestasi yang dicapai oleh para atlet Indonesia, khususnya pada cabang pencak silat yang berhasil memborong 14 medali emas.
Keakraban antara presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto menandakan bahwa mereka berdua adalah orang baik, tidak memiliki masalah secara pribadi, tetapi karena pertentangan antara kedua belah pendukung yang sangat kentara, utamanya di media sosial menyebabkan kedua tokoh ini terkesan dipisahkan oleh kedua pendukung masing-masing. Hal ini tidak lepas dari dampak persaingan pemilu 2014 yang sangat ketat, dan sampai dengan saat ini masih terasa, bahkan akan semakin memanas jelang pilpres 2019.
Hanif melalui aksi rangkulannya kepada presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto telah melahirkan demokrasi sejuk. Hanif telah menjadi oase di tengah panasnya persiangan merebut kursi RI-1. Bersaing boleh, tetapi bukan selalu harus ngotot-ngototan.
Sebagai atlet pencak silat, dia bukan hanya memahami teknis dari olah raga tersebut, tetapi juga nilai-nilai filosofinya, antara lain nilai silaturahim yang harus tetap terjalin. Bukankah silaturahim diajarkan dalam agama? Bukankan silaturahim juga merupakan refleksi dari nilai Pancasila yang merupakan kritalisasi budaya bangsa? hal inilah yang perlu direnungi bersama.
Bangsa Indonesia tentunya memberikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besar kepada semua atlet yang telah berjuang meraih medali pada ajang Asian Games 2018, tapi dari sekian banyak atlet yang berhasil meraih medali, Hanif bersama rekan-rekannya di cabang olah raga pencak silat berhasil menyatukan dua kubu, yaitu kubu Joko Widodo dan Prabowo Subianto untuk duduk bersama dalam satu podium. Hal ini wajar juga, karena Joko Widodo adalah Presiden RI dan Prabowo adalah ketua IPSI.
Pertandingan atau perlombaan olah raga bukan hanya bicara cara meraih prestasi, bukan hanya bicara adu cepat atau adu kuat, tetapi ada nilai bisa dijadikan pelajaran, yaitu sportivitas. Nilai inilah yang juga diharapkan muncul dalam pilpres 2019. Semuanya bersaing secara sehat, fair, dan sportif. Tidak perlu menyebar hoax dan fitnah. Dua hal inilah yang selama ini telah merusak suasana damai dalam masyarakat.
Adalah wajar setiap kubu bersaing untuk meraih kekuasaan, karena kekuasaan adalah untuk mengelola negara, membangun sistem, atau mengoperasionalkan gagasan-gagasannya, tapi proses mencapainya harus elegan, dewasa, tanpa memecah belah bangsa. Terlalu berharga persatuan dan kesatuan dikorbankan hanya untuk kekuasaan dalam jangka pendek.
Negara ini butuh teladan, butuh sosok pemimpin berjiwa negarawan, butuh figur yang menyejukkan, mampu menyatukan segala perbedaan, mengondusifkan suasana yang tegang, dan menyejukkan panasnya dampak persaingan yang panas.Â
Bertemunya Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang disatukan semangat rasa cinta tanah air melalui olah raga pencak silat semoga dapat dimaknai sebagai pentingnya menjaga kerukunan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Dan hal ini semoga bisa berdampak sampai kepada level bawah. Jangan sampai para pemimpinnya sudah bersalaman dan saling berangkulan, tetapi para pendukungnya masih saling serang di media sosial dan stasiun TV.
Saat kampanye nanti, gunakanlah kampanye yang cerdas dan mendidik. Bukan hanya mengunggulkan jagoannya dan merendahkan pihak lawan, karena merendahkan pihak lain tidak akan membuat diri sendiri lebih tinggi.Â
Para elit politik dari kedua pihak harus dapat menjaga pembicaraannya di media, jangan selalu mengompori dan memprovokasi sehingga menyebabkan masyarakat yang di bawah tetap panas dan tetap gontok-gontokkan. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dan kedewasaan sebelum menyampaikan setiap hal kepada media atau kepada publik.
Hanif bukanlah orang politik. Dia hanyalah seorang atlet yang telah berjuang memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Dan melalui prestasinya merebut medali emas pada cabang pencak silat, dia sekaligus ingin menyampaikan pesan perdamaian kepada semua pemimpin dan bangsa Indonesia agar bersatu membela panji merah putih demi kejayaan bangsa dan negara. Terima kasih Hanif. Kami bangga padamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H