Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Joni dan Pesan Nasionalisme dari Tiang Bendera

18 Agustus 2018   07:41 Diperbarui: 19 Agustus 2018   03:01 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertepatan dengan HUT RI ke-73 tanggal 17 Agustus 2018, nama Johannes Adekalla, seorang siswa kelas VII SMPN 1 Silawan, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) namanya mendada viral di media sosial lantaran sebuah video menampilkan aksi heroiknya menaiki tiang bendera setinggi 23 meter (ada yang menyebutnya 11 meter), dan menarik tali bendera yang terputus.

Awalnya beberapa pihak yang melihat aksinya tersebut khawatir terhadap keselamatan Joni, panggilan akrab Johannes, tetapi dia terus naik ke atas hingga mencapai ujung tiang bendera dan meraih tali yang nyangkut di bagian atas tiang bendera. 

Setelah itu, lalu dia segera turun. Peserta upacara yang awalnya khawatir berubah menjadi kagum dan takjub terhadap keberanian Joni.

Sontak, suara tepuk tangan pun bergemuruh memuji aksi heroiknya. Netizen pun banyak yang memberikan pujian, dan videonya telah menyebar dengan sangat cepat di FB dan grup WA.

Johannes telah menjadi pahlawan kecil ditengah kepanikan petugas pengibar bendera yang bingung bagaimana cara menaikkan bendera karena talinya nyangkut di atas tiang bendera. Padahal sesi pengibaran bendera adalah sesi yang sangat sakral. Disitulah harga diri pasukan pengibar bendera dipertaruhkan. 

Apalagi aksi mereka ditonton oleh orang banyak dan bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan RI, sebuah hari sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kalau mereka gagal mengibarkan bendera, di samping malu, tentunya mereka harus siap menerima sanksi dari pelatihnya.

Melihat caranya memanjat tiang bendera dengan cukup cepat, tampak Johannes sudah terampil memanjat. Mungkin di kampungnya dia sudah terbiasa memanjat pohon. Dia tampak tidak takut dengan ketinggian.

Dia pun tampak sangat santai ketika menuruni tiang bendera dengan cepat. Tepuk tangan peserta pun kembali bergemuruh ketika dia turun dengan selamat dan dapat menginjakkan kakinya di tanah. 

Setelah itu, Wakil Bupati Belu yang bertindak sebagai inspektur upacara langsung memintanya untuk naik ke atas panggung dan berdiri disampingnya. Di hadapan para peserta upacara, inspektur upacara memuji aksi heroik Joni.

Hal yang dilakukan oleh Joni murni merupakan aksi spontan, inisiatif dan tanggung jawab seorang anak bangsa yang ingin upacara berjalan hidmat dan lancar.

Tanpa menunggu perintah, dia langsung menaiki tiang bendera, mengambil tali yang putus ke bawah. Dan berkat bantuannya, upacara pun dapat kembali dilanjutkan.

Dari aksi Joni, ada beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil.

Pertama, nasionalisme. Bendera adalah lambang atau identitas negara. Sesuatu yang sakral dan wajib dihormati. 

Oleh karenanya, hal yang diakukan oleh Joni sebagai bentuk rasa cintanya terhadap tanah air. Wujud nyatanya adalah dia rela berkorban, walau sebenarnya dia sendiri kondisinya sedang sakit perut, karena pada saat tali bendera putus, Joni sedang istirahat di tenda.

Sebelumnya, ada kisah Rifdah Farnidah, asal Sumedang yang menjadi juara II Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) tingkat internasional yang dilaksanakan di Amman, Yordania pada 19-24 Maret 2018.

Lalu Muhammad Zohri yang menjadi juara dunia 100 meter U-20 di Finlandia. Ada juga Timnas sepak bola U-16 yang menjadi juara I Piala AFF.

Bahkan banyak lagi prestasi anak-anak bangsa baik di tingkat nasional, regional, dan global yang tidak disebut satu per satu atau luput dari perhatian media.

Kedua, patriotisme. Aksi Joni adalah aksi yang berbahaya, karena dia naik ke atas tiang bendera tanpa tali pengaman. Sewaktu-waktu dia bisa jatuh karena terpeleset atau kelelahan, tetapi dia tampak tidak takut, dia mengabaikan keselamatannya sendiri demi mencapai puncak tiang bendera.

Dia begitu gagah berani naik sampai ke atas. Justru penonton yang tegang dan khawatir melihat aksinya tersebut.

Dan yang menjadikan peristiwa ini tampak heroik dan dramatis adalah karena kejadiannya di wilayah dekat perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, negara yang pernah menjadi bagian dai NKRI dari tahun 1976, lalu memisahkan diri melalui referendum tahun 1999.

Ketiga, rela berkorban. Berkaitan dengan hal tersebut, saya teringat pesan mantan Presiden Amerika John F. Kennedy yaitu "Janganlah kau bertanya apa yang telah negara berikan padamu, tapi apa yang telah kau berikan kepada negara?" Hal tersebut secara faktual sudah sudah dijawab oleh Joni yang baru duduk di bangku kelas VII SMP.

Dengan cara menaiki tiang bendera yang beresiko untuk menyelamatkan jalannya upacara bendera HUT RI. Aksinya tersebut bukan mencari sensasi, mencari kontroversi, atau pencitraan, tetapi murni datang dari hati. Dan saya yakin dia tidak menyangka bahwa aksinya tersebut akan viral di mesia sosial.

Keempat, menjadi agen perubahan. Joni memberikan contoh kepada semua bangsa Indonesia untuk menjadi agen perubahan. Tidak hanya berpangku tangan. Lakukan apa yang bisa dilakukan untuk bangsa dan negara. 

Ketika terjadi masalah, bukan hanya saling menyalahkan, tapi identifikasi apa masalahnya dan cari solusinya bersama. Saat itu, kalau Joni tidak bertindak, terbayang jalannya uacara akan terhambat.

Atas kejadian tersebut, mungkin pihak yang menjadi sasaran utama disalahkan adalah pihak panitia upacara HUT RI dan pasukan pengibar bendera yang dinilai lalai dalam menjalankan tugas. Tapi dengan aksi Joni, muka panitia dan pasukan pengibar bendera bisa diselamatkan. 

Budaya saling menyalahkan dan mencari-cari kesalahan orang lain, diakui atau tidak saat ini memang tengah menjadi gejala di Indonesia, apalagi kalau dikaitkan dengan suhu politik yang kian panas menjelang Pilpres 2019. Orang bukannya menjadi bagian dari solusi, tetapi justru menambah runyam persoalan.

Joni telah mengajarkan dan memberi keteladanan semua bangsa Indonesia pahlawan bisa datang dari mana saja, dan berbuat apa saja sepanjang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Tidak masalah apakah perbuatan tersebut besar atau pun kecil.

Ibaratnya, menyingkirkan duri dari jalanan pun itu adalah sebuah aksi kepahlawanan. Hal tersebut adalah aksi bela negara yang nyata.

Pahlawan adalah sosok yang tanpa pamrih, bukan hanya sekedar pencitraan dengan target mendapatkan simpati.

Nilai-nilai kepahlawanan para pejuang kemerdekaan harus diteladani, dihayati, dan laksanakan oleh semua bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.

Aksi-aksi kepahlawanan bukan hanya berlaku bagi yang aksinya viral di media sosial, tetapi juga semua hal yang dilakukan dalam kehidupan manusia.

Dalam konteks pendidikan karakter dan revolusi mental yang saat ini digembor-gemborkan, aksi Joni adalah wujud nyata internalisasi karakter bangsa. Dia bukanlah narasumber diklat atau sosialisasi empat pilar kebangsaan. Tetapi secara substantif, dia telah secara nyata mengampanyekan keempat pilar tersebut.

Menurut saya, atas aksinya tersebut dia layak dapat penghargaan, layak jadi duta Pancasila, duta empat pilar, dan sebagainya. Terima kasih Joni.

Aksimu itu jauh lebih menyentuh hati kami. Jauh lebih berdampak dan jauh lebih nyata daripada sambutan-sambutan normatif yang menggema di panggung-panggung HUT RI.

Kau salah satu contoh pahlawan bangsa zaman now. Kami salut dan bangga padamu.

Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun