Tahun pelajaran 2018/2019 tinggal menghitung hari. Para orang tua tentunya senang anaknya diterima di sekolah yang dituju atau yang diidam-idamkannya. Alat-alat sekolah sudah disiapkan oleh orang tua. Anak-anaknya pun sudah tidak sabar memakai seragam baru. Masuk ke sekolah baru, bertemu dengan teman-teman baru, dan diajar oleh guru yang baru.
Pada masa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa jangan lagi ada label sekolah pavorit dan non pavorit. Semua sekolah sama. Jangan ada pengkastaan satuan pendidikan. Jangan ada sekolah yang merasa jadi anak emas atau dianakemaskan.
Semua sekolah harus jadi sekolah pavorit bagi para siswanya. Dan semua sekolah harus menjadi taman belajar yang nyaman bagi mereka, karena pada hakikatnya, setiap siswa berhak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas.
Sistem zonasi juga dibuat agar sekolah memprioritaskan menerima calon peserta didik yang tinggal di wilayah sekolah sehingga dapat menghemat waktu ketika pergi dan pulang sekolah. Selain itu, dengan sekolah di lokasi terdekat, dapat mengurangi kemacetan di jalan, khususnya pada jam masuk dan pulang sekolah.
Pasca PPDB, sekolah-sekolah sibuk mempersiapkan diri menyambut para siswa baru. Program Masa Orientasi Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pun disusun. Para guru dan staf ditunjuk menjadi panitia atau pengisi kegiatan. Hari pertama sekolah akan menjadi hari yang sekaligus menyenangkan. Semoga tidak ada perpeloncoan oleh panitia, kakak kelas, atau alumni yang diperbantukan mengisi MPLS bagi siswa baru.
Guru-guru menyiapkan materi yang akan diajarkan di kelas. Pasca libur panjang, para guru kembali ke kelas bertemu dengan murid-murid baru. Mereka adalah amanah yang dititipkan dari orang tua untuk diajar dan dididik oleh guru. Mereka adalah mutiara-mutiara berharga penerus bangsa. Mereka pun memiliki beragam karakter, beragam kecerdasan, dan beragam.
Pada masa Mendikbud Anies Baswedan, ada Gerakan Mengantarkan Anak saat hari pertama sekolah. PNS dan karyawan kantor diberikan dispensasi untuk datang sedikit siang ke kantor karena mengantarakan anaknya ke sekolah. Pertimbangannya karena hari pertama ke sekolah tidak akan terulang lagi, sebagai bentuk perhatian orang tua kepada anak, dan dalam rangka membangun hubungan emosional antara orang dan anak.
Tahun pelajaran baru menjadi pintu gerbang bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Sekolah adalah tempat siswa menjemput cita-cita mereka. Selain tempat menimba ilmu, sekolah juga merupakan tempat bagi siswa untuuk berlatih sosialiasi dengan teman-teman baru atau komunitas baru. Dengan kata lain, sekolah menjadi wahana untuk membangun kecakapan personal dan kecakapan sosial mereka.
Di sekolah, para guru disamping menjadi pengajar dan pendidik, juga berperan menjadi teman sekaligus menjadi orang tua bagi siswa-siswanya. Pada saat jam pelajaran dimulai, guru membangun suasana yang kondusif dan chemistry dengan para siswanya.
Saya pernah melihat sebuah video seorag guru di luar negeri sebelum masuk ke kelas, menyambut anak-anak didiknya di depan pintu kelas, bermain dulu "hompimpa" dengan mereka, dan setelah itu memeluk mereka satu per satu.Â
Di Indonesia, sudah ada gerakan menyambut siswa khususnya gerakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun). Guru-guru berdiri di depan gerbang sekolah, menyambut siswa dengan ramah. Para siswa pun menyalami (mencium tangan guru) sebagai bentuk hidmah mereka kepada guru. Inilah yang disebut sebagai pembiasaan dalam rangka membentuk karakter siswa.
Kepada para calon siswa baru selamat memasuki sekolah baru. Sambutlah hari pertama sekolah dengan riang gembira. Belajarlah dengan tekun, semangat dan bersungguh-sungguh agar dapat sukses dan berprestasi.Â
Kepada para orang tua, mari kita doakan anak-anak menjadi anak-anak yang cerdas, saleh, dan salehah. Diserahkannya anak untuk belajar di sekolah, bukan berarti tugas orang tua dalam mendidik anak berhenti, tetapi tetap harus ikut memotivasi sekaligus mengawasi kegiatan belajar anaknya.
Mari doakan para guru, semoga mereka diberikan kekuatan dan petunjuk oleh Tuhan dalam mendidik anak-anak didiknya. Sekolah adalah ladang perjuangan sekaligus ladang amal kebaikan bagi guru. Kuatkan niat, bulatkan tekad, dan ikhlaskan hati agar proses pendidikan yang dilakukan guru bernilai ibadah. Insyaallah ilmu yang disampaikan kepada para siswa pun menjadi berkah dan menjadi wasilah bagi guru dalam meraih rida-Nya. Wallaahu a'lam.
Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H