Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Puasa dan Aktualisasi Pancasila

1 Juni 2018   05:51 Diperbarui: 1 Juni 2018   07:38 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum puasa dilakukan biasanya pemerintah melakukan sidang itsbat untuk menentukan tanggal 1 Ramadan sebagai tanda dimulainya ibadah puasa. 

Kadang suka terjadi perbedaan pendapat antarormas Islam khususnya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berkaitan dengan penentuan hari pertama puasa Ramadan, disebabkan perbedaan metodologi. NU menggunakan metode melihat hilal (rukyatul hilal), sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab. Selain NU dan Muhammadiyah, ada juga ormas-ormas lain yang juga memiliki hitungan sendiri tentang awal bulan Ramadan.

Walau terjadi perbedaan metodologi dalam menentukan tanggal 1 Ramadan, tetapi hal tersebut tidak membuat umat harus terpecah belah. Semangat saling menghargai dan saling menghormati tetap harus dipelihara. Hal ini sesuai dengan sila ketika Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Indonesia akan kuat kalau umatnya bersatu.

Menjelang buka puasa, ada warga masyarakat yang berbagi takjil. Bukan hanya umat Islam, tapi juga ada warga non muslim yang berbagi takjil untuk orang yang berpuasa. Sikap saling menghormati tergambar diantara mereka. Mereka bersatu dalam keberagaman. Inilah yang diperlukan dan menjadi modal penting dalam pembangunan bangsa.

Selain pada saat melaksanakan ibadah puasa, persatuan umat pun akan tergambar ketika umat Islam melaksanakan salat tarawih berjamaah dan mengeluarkan zakat fitrah. Berbagai kegiatan sosial yang dilakukan umat Islam secara berjamaah (bersatu) tentunya akan terasa dampaknya oleh masyarakat dibandingkan dengan dilakukan seorang diri. Pada saat salat tarawih, biasanya banyak umat Islam menyalurkan sedekahnya ke dalam kotak amal. Dan zakat fitrah pun dikelola oleh panitia (amilin) untuk disalurkan kepada orang yang berhak (mustahik).

Pada saat sidang itsbat, Kementerian Agama mengundang berbagai ormas Islam dan Duta Besar negara-negara Islam untuk bermusyawarah mufakat menentukan tanggal 1 Ramadan dan tanggal 1 Syawal. Budaya musyawarah pun dilakukan oleh masyarakat jelang dan saat bulan Ramadan. Misalnya dalam menentukan jadwal imam tarawih, petugas ceramah Ramadan, dan panitia pengelolaan zakat fitrah. Hal ini sesuai dengan sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Puasa pun mengajarkan untuk bersikap adil, baik adil terhadap diri sendiri maupun adil terhadap orang lain. Puasa sudah ditentukan waktunya, sejak waktu subuh hingga waktu maghrib. Sebelum berpuasa, umat Islam sangat dianjurkan untuk makan sahur, karena disamping untuk memberikan asupan gizi bagi tubuh agar kuat berpuasa, sahur juga memberikan berkah. Makan sahur disunnahkan untuk diakhirkan supaya setelah sahur langsung melaksanakan salat subuh.

Ketika waktu puasa tiba, umat Islam dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa agar tubuh segera pulih dan memiliki tenaga untuk melaksanakan salat tarawih berjamaah. Allah melarang umatnya untuk berpuasa selama 24 jam, karena hal tersebut tidak sesuai dengan kodrat manusia. Secara fisik, kemampuan manusia terbatas. Oleh karena itu, harus adil terhadap diri sendiri. Hak tubuh juga untuk beristirahat dari malam hingga datangnya waktu sahur.

Puasa juga melatih untuk berbuat adil kepada orang lain, karena puasa melatih untuk mampu mengendalikan emosi, tidak semena-mena kepada orang lain, dan puasa melatih untuk peka dan peduli terhadap orang lain. Zakat fitrah yang dikumpulkan akan disalurkan kepada para mustahik zakat untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Semuanya dapat berlebaran dengan suka cita. Hal ini sesuai dengan sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain, puasa mampu mendorong terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka ada hubungan yang erat antara ibadah puasa dengan aktualisasi Pancasila, khususnya bagi umat Islam. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa orang yang melaksanakan puasanya dengan baik, maka dia pun adalah seorang pengamal Pancasila yang baik. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun