Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Tradisi Menyambut Ramadan pada Masyarakat Sunda

15 Mei 2018   00:47 Diperbarui: 15 Mei 2018   11:50 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini sesuai dengan tujuan dari ibadah puasa itu sendiri, yaitu melahirkan hamba-hamba yang bertakwa pada-Nya. Makna seperti ini perlu disampaikan kepada umat Islam, utamanya generasi muda agar mereka paham bahwa munggahan bukan sekedar kegiatan yang sifatnya materialistis dan konsumtif, tapi penuh dengan hikmah.

Kuramas atau keramas adalah mandi, membersihkan seluruh badan dengan air karena akan menyambut Ramadan. Ada yang melakukannya di rumah masing-masing, dan ada pula yang melakukanya bersama-sama di sungai. Hal ini dilakukan bukan hanya di masyarakat Sunda saja, tapi juga dilakukan oleh suku bangsa lainnya di Indonesia. Saya masih ingat ketika anak-anak, disuruh keramas (mandi menggunakan sabun dan shampoo) oleh orang tua sebelum mengikuti taraweh malam pertama Ramadan.

Makna dari kuramas atau keramas ini adalah Bulan Ramadan jika diibaratkan tamu, harus disambut bukan hanya dengan fisik yang bersih, tetapi juga disambut dengan hati yang bersih. Bulan Ramadan pun sejatinya adalah bulan untuk membersihkan manusia dari segala dosa sehingga kembali kepada kesucian (fitrah).

Diluar tradisi di atas, ada juga tradisi tarhib atau tradisi menyambut Ramadan. Bentuknya pawai, tabligh akbar, pentas seni Islami, bakti sosial, saling memaafkan, dan sebagainya. Ramadan memang bulan yang membawa kabar gembira bagi umat Islam, karena pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Ampunan dan pahala pun "diobral" oleh Allah Swt atas setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh setiap hamba-Nya.

Berdasarkan kepada hal tersebut, bulan Ramadan perlu disambut dengan gembira. Walau demikian, berbagai tradisi penyambutan tersebut harus bertujuan untuk memantapkan niat dan hati untuk menyambut Ramadan, bukan justru sebaliknya, banyak menonjolkan sisi materialistis dan konsumtif, karena hal ini tidak sesuai dengan hikmah puasa itu sendiri, yaitu menahan hawa nafsu dan berempati terhadap kesulitan dan kesusahan kaum dhuafa.

Berbagai tradisi menyambut Ramadan disamping sebuah pertanda datangnya bulan tersebut, juga merupakan sebuah syiar bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang agung, bulan yang mulia, bulan yang di dalamnya ada malam lailatulqadar, yaitu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Selamat menyambut datangnya bulan Ramadan.

MEMAKNAI TRADISI MENYAMBUT RAMADAN PADA MASYARAKAT SUNDA

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan, Pengamat Masalah Sosial)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun