Keempat, kerja keras.Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu, tentunya memerlukan kerja keras semua pihak. Pengorbanan pastinya juga perlukan. Minimal pengorbanan waktu dan tenaga, tidak dipungkiri juga pengorbanan biaya. Ibarat menanam pohon jati, hasil dari kerja keras kadang tidak dapat dirasakan dalam waktu dekat, tetapi perlu waktu lama untuk merasakannya.
Kelima, komunikasi efektif.SPMI merupakan kerja tim, bukan kerja yang dilakukan oleh segelintir orang. Dalam pelaksanaannya memerlukan komunikasi efektif antarberbagai pihak yang terkait. Saling pengertian dan saling memahami mutlak diperlukan. Warga sekolah tidak saling mengandalkan dalam melaksanakan pekerjaan, dan tidak saling menyalahkan ketika ada masalah, tetapi dievaluasi mengapa masalah tersebut terjadi? Apa penyebabnya? Dan apa alternatif solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
Keenam, berjiwa reflektif.Penjaminan mutu merupakan sebuah siklus yang berlangsung secara berkelanjutan. Dari satu siklus ke siklus berikutnya perlu dilakukan refleksi, mana hal yang sudah tercapai, dan mana yang belum tercapai. Sejauh mana pelaksanaan komitmen yang telah dibuat? apakah sudah dilaksanakan oleh semua warga sekolah atau masih ada yang perlu diingatkan dan mendapatkan pembinaan?
Refleksi juga perlu dilakukan agar semua warga sekolah dapat merenungkan sejauhmana peran dan kontribusinya dalam proses penjaminan mutu di sekolah. Kadang-kadang merefleksikan sendiri lebih nyaman dibandingkan dengan diingatkan oleh orang lain, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang egois, sulit untuk menerima kritik orang lain.
Berdasarkan kepada uraian di atas, dapat diambil sebuah benang merah bahwa SPMI bukan hanya sekedar proses peningkatan mutu, tetapi sarat akan makna yang dapat diambil oleh semua warga sekolah, khususnya dalam literasi dan pendidikan karakter. Literasi dan pendidikan karakter adalah dua hal yang universal dan independen, bisa dikaitkan dengan berbagai hal, termasuk dalam pelaksanaan SPMI. Dan pertanyaannya adalah apakah semua warga sekolah mau mengambil pelajaran atau tidak? Apakah masih ada warga sekolah yang memiliki pola pikir bahwa SPMI hanya merepotkan dan menambah pekerjaan baru serta kurang peduli? Ini yang perlu dievaluasi bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H