Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SPMI, Literasi, dan Penguatan Pendidikan Karakter

13 April 2018   14:41 Diperbarui: 13 April 2018   14:58 24997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Audit pelaksanaan pemenuhan mutu atau disebut juga dengan monitoring dan evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pemenuhan mutu sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan pemenuhan mutu.  Hasilnya lalu dievaluasi di akhir kegiatan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan atau penyusunan program tindak lanjut pascamonev. Adapun strategi pemenuhan mutu yang baru dilakukan jika kegiatan pemenuhan mutu yang lama telah selesai dilaksanakan.

Dalam konteks literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka proses SPMI erat sekali dengan kedua hal tersebut.  Dalam konteks literasi, SPMI menuntut Tim Penjaminan Mutu Pendidikan (TPMPS) untuk mengetahui tugas pokok dan fungsinya masing-masing, mempelajari mekanisme dari tahapan-tahapan pelaksanaan SPMI, dan belajar untuk mendokumentasikannya.

Tertib administrasi menjadi salah satu tujuan dari pelaksanaan SPMI, karena sekolah kadang sudah melaksanakan berbagai program peningkatan mutu tapi kurang teradministrasikan atau terdokumentasikan dengan baik, sehingga kadang kesulitan ketika suatu saat membutuhkan data.  Pelaksanaan SPMI mendorong warga sekolah melek literasi administrasi dan manajemen sekolah agar mereka memiliki visi yang sama untuk meningkatkan mutu sekolah.

Pendidik dan tenaga kependidikan yang terlibat dalam SPMI juga didorong untuk menulis praktik terbaik (best practice). Hal ini selain bertujuan untuk membagikan pengalaman-pengalaman terbaiknya dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam proses penjaminan mutu, sehingga diharapkan bisa menginspirasi orang lain, juga melatih mereka untuk berlatih menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI), karena menulis KTI masih menjadi kendala bagi sebagian besar pendidik dan tenaga kependidikan. Banyak yang kesulitan naik pangkat karena tekendala menulis KTI.

Dalam konteks pendidikan karakter, ada nilai-nilai yang ditanamkan dari pelaksanaan SPMI, antara lain : (1) sadar budaya mutu, (2) kolaborasi dan sinergi, (3) berjiwa pembelajar, (4) kerja keras, (5) komunikasi efektif, (6) berjiwa reflektif.

Pertama, sadar budaya mutu.Saat ini, mutu menjadi suatu hal yang sangat penting dalam membangun daya saing. Ada perusahaan yang maju pesat karena kreatif, inovatif, dan terus meningkatkan mutu, baik mutu produk, maupun mutu layanan. Tetapi ada juga yang colapsbahkan bangkrut karena tidak kreatif, inovaif, dan tidak mampu menjaga mutunya.

Begitupun dengan sekolah. Saat ini diakui atau tidak, persaingan sekolah untuk meraih kepercayaan masyarakat semakin ketat. Masyarakat, utamanya yang relatif berpendidikan menengah ke atas semakin kritis dalam menilai mutu sekolah. Ada sekolah yang diburu oleh masyarakat, bahkan sebelum datang tahun pelajaran baru, sudah banyak yang mendaftar dan waiting list,tetapi ada sekolah jumlah muridnya semakin menurun, bahkan terpaksa ditutup karena sudah tidak mampu lagi beroperasional.

Agar sekolah mampu bertahan dan diminati masyarakat, maka harus terus meningkatkan mutunya, baik mutu pendidik dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana, mutu pembelajaran, mutu kegiatan ekstrakurikuler, maupun mutu lulusannya. Mutu sekolah setidaknya terlihat dari prestasi sekolah, baik prestasi akademik maupun nonakademik.

Kedua, kolaborasi dan sinergi. Proses penjaminan mutu di sekolah tidak hanya mengandalkan pihak-pihak tertentu saja, tetapi memerlukan peran serta atau partisipasi semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf, dan komite sekolah. Dengan kata lain perlu ada kolaborasi dan sinergi diantara semua pihak. Adapun TPMPS menjadi leading sectoryang menangani pelaksanaan berbagai program penjaminan mutu di sekolah. Tanpa bantuan dari semua warga sekolah, peran TPMPS tidak akan optimal.

Kata kuncinya adalah KOMITMEN bersama. Komitmen mudah untuk diucapkan, tetapi dalam pelaksanaannya sulit karena dihadapkan pada tantagan dan godaan. Oleh karena itu, perlu kesadaran semua pihak terkait untuk menghormati dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati. Pada awal pelaksanaan SPMI, setiap sekolah membuat komitmen dan fakta integritas yang ditandatangani oleh semua warga dan dipampang di dinding sekolah. Dan pertanyaannya adalah apakah komitmen itu ditindaklanjuti dengan aksi nyata atau tidak?

Ketiga, berjiwa pembelajar.Pelaksanaan SPMI di sekolah dapat disikapi secara positif, yaitu semua warga sekolah didorong untuk belajar mekanisme penjaminan mutu. Disamping membaca berbagai sumber belajar, mereka pun dapat mengundang orang yang paham tentang penjaminan mutu ke sekolah, atau berdikusi dengan sesama rekan terkait dengan penjaminan mutu. Dengan demikian, maka sekolah menjelma menjadi organisasi pembelajar. Sekolah sebagai organisasi pembelajar akan menumbuhkan iklim yang kondusif  dalam peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun