Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peringatan Isra Mikraj, Budaya Literasi, dan Penguatan Pendidikan Karakter

12 April 2018   12:32 Diperbarui: 12 April 2018   12:46 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 27 Rajab pada kalender Islam diperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw. Isra adalah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dari masjidilharam di kota Mekkah ke masjidilaksa di Baitul Maqdis (Yerussalem) Palestina. Sedangkan mikraj adalah diangkatnya Nabi Muhammad Saw. dari masjidilaqsa ke langit ketujuh (sidratulmuntaha) untuk menerima perintah salat lima waktu dari Allah Swt. Pada saat isra mikraj, Nabi Muhammad diantar oleh malaikat Jibril dengan mengendarai buraq, binatang dari surga yang bisa terbang untuk dinaiki oleh Nabi.

Selain misi untuk menerima perintah salat lima waktu, Isra mikraj juga merupakan semacam wisata rohani baginya karena Beliau ditinggalkan wafat oleh istri tercintanya, yaitu Siti Khadijah, sekaligus juga dibawa untuk melihat pemandangan hal-hal yang akan terjadi pada manusia setelah datangnya hari pembalasan. Ada yang bahagia dan ada yang berduka. Ada yang selamat dan ada ada yang celaka diakibatkan oleh perbuatannya sendiri semasa hidup di dunia.

Cukup banyak hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa isra mikraj, khususnya dalam kaitannya dengan gerakan literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Dalam konteks literasi, dengan membaca kisah Nabi pada saat isra mikraj, umat Islam menjadi tahu bagaimana proses perjalanan Nabi mendapatkan perintah salat lima waktu yang begitu alot dan penuh "negosiasi" antara dirinya dengan Allah Swt. yang asalnya 50 waktu menjadi lima waktu saja atas saran dari beberapa nabi yang ditemuinya, yaitu Nabi Adam As. di langit pertama, Nabi Isa As. dan Nabi Yahya As., di langit kedua, Nabi Yusuf As. di langit ketiga, Nabi Idris As. di langit keempat, Nabi Harun As. di langit kelima, Nabi Musa As., di langit keenam, dan Nabi Ibrahim As. di langit ketujuh. Kisah ini hampir selalu dibahas pada setiap acara peringatan isra mikraj oleh para penceramah atau khatib pada saat salat Jumat.

Umat Islam juga menjadi tahu bahwa masjidilharam, tempat melaksanakan ibadah haji yang di dalamnya ada Kabah merupakan pusat kiblat dunia dan masjidilaksa di Palestina saat ini masih berada dalam penguasaan penjajah Israel yang menindas bangsa Palestina, sehingga umat Islam sedunia patut memberikan doa, simpati, dan bantuan kepada mereka, karena pada hakikatnya sesama muslim adalah bersaudara.

Dengan membaca kisah Nabi Muhammad Saw. pada saat isra mikraj, umat Islam selain diharapkan untuk semakin mencintainya, juga mengikuti ajarannya, semakin taat melaksanakan salat lima waktu, dan semakin memperbaiki diri menghadapi kehidupan yang kekal dan abadi.

Dalam konteks pendidikan karakter, peristiwa isra mikraj menanamkan sejumlah karakter, antara lain; (1) religius (2) berpikir kritis, (3) kerja keras, (4) komunikasi efektif, dan (5) memiliki visi hidup yang jelas. Pertama, religius.Isra mikraj adalah mukjizat Nabi Muhammad Saw., karena peristia ini terjadi hanya dalam beberapa jam saja, dari tengah malam hingga menjelang subuh. Hal ini hanya dapat diterima oleh keimanan setiap umat Islam. Tidak ada teori fisika yang mampu menjelaskannya. Peristiwa ini adalah bukti kekuasaan Allah Swt. Kun Fayakun.Apapun yang dikehendakinya dapat terjadi. Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada-Nya. Umat Islam harus semakin yakin bahwa ada kehidupan berikutnya setelah hidup di dunia yang sementara, dan semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan.

Kedua, berpikir kritis. Pada saat Nabi Muhammad Saw. ditawari susu dan arak (khamr), maka Beliau memilih susu. Hal ini tentunya dilandasi pemikiran bahwa susu lebih menyehatkan dan menyelamatkan peminumnya. Susu adalah simbol kesucian dan khamradalah simbol kekotoran. Dalam perjalanan isra mikraj, Nabi Muhammad Saw. pun diperlihatkan berbagai peristiwa yang mendorongnya untuk bertanya jawab dengan malaikat Jibril.

Ketiga, kerja keras.Isra dan mikraj adalah sebuah perjalanan spiritual yang sangat luar biasa bagi Nabi Muhammad Saw. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh malaikat Jibril, Beliau dapat menjalaninya dengan baik. Nabi Muhammad Saw. adalah seorang pekerja keras. Dalam waktu yang hanya beberapa jam, Beliau pergi dari masjidilharam ke masjidil aksa, dan dari dari masjidilaksa ke sidratulmuntaha di langit ketujuh. Beliau pun begitu gigih melakukan "negosiasi" kepada Allah Swt. agar Dia mau menurunkan jumlah waktu salat yang wajib dilakukan umatnya.

Keempat, komunikasi efektif.Dalam proses "negosiasi" mengurangi waktu salat dari 50 waktu menjadi lima waktu, terjadi komunikasi antara Nabi Muhammad Saw. dengan beberapa orang Nabi yang ditemuinya dari langit pertama sampai dengan langit ketujuh dari komunikasi antara dirinya dengan Allah Swt. Pada saat "negosiasi" tersebut, saya yakin terjadi sebuah komunikasi efektif antara Nabi Allah Swt., sehingga pada akhirnya Dia memutuskan umat Nabi Muhammad Saw. hanya diwajibkan melaksanakan salat lima waktu.

Terbayang kalau saat itu tidak terjadi komunikasi efektif dalam proses pemberikan perintah salat, tentunya jumlah waktunya banyak sedangkan kemampuan umatnya terbatas. Jangankan melaksanakan salat 50 waktu, melaksanakan salat lima waktu saja masih banyak yang suka malas, suka bolong-bolong, bahkan ada yang belum mendapat hidayah untuk melaksanakannya.

Kelima, memiliki visi hidup yang jelas.Perjalanan isra dan mikraj nabi Muhammad Saw. memiliki visi yang jelas, yaitu memenuhi undangan dari Allah Swt. untuk menerima perintah salat lima waktu. Sebelum berangkat, dada Nabi Muhammad Saw. dibelah di Kabah oleh malaikat jibril agar semua kotoran/ penyakit hati yang ada pada dirinya bersih, karena Beliau akan menghadap Dzat Yang Maha Suci.

Nabi Muhammad Saw. setelah mendapatkan perintah salat lima waktu, lalu fokus berdakwah menyampaikan perintah-Nya kepada semua pengikutnya walau harus menghadapi banyak tantangan dan ancaman. Mengapa demikian? Karena Nabi Muhammad Saw. memiliki visi hidup yang jelas, yaitu menjadi utusan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Berdasarkan kepada hal tersebut diatas, maka umatnya pun harus memiliki visi hidup yang jelas. Visi hidup seorang muslim adalah hidup selamat di dunia dan di akhirat. Dalam meraih visi tersebut, tentunya dia harus berupaya menjadi manusia yang berguna, banyak melakukan amal kebaikan, dan menghindari keburukan.

Peringatan isra mikraj yang banyak dilaksanakan oleh umat Islam diharapkan bukan hanya ritual tahunan yang kering akan hikmah, tetapi harus dijadikan sebagai sarana untuk mengambil pelajaran. Dan dalam konteks dunia pendidikan yang saat sedang booming kampanye gerakan literasi dan PPK, hal tersebut dapat digunakan sebagai sarana memperkuat dua hal tersebut. 

Secara teknis, misalnya sekolah selain mengundang penceramah pada saat peringatan isra mikraj, juga dapat menyelenggarakan berbagai acara seperti Pekan Literasi dan PPK Rajab dengan meminta siswa untuk menulis dan pidato hikmah-hikmah dari peringatan isra mikraj, acara bakti sosial, dan sebagainya sehingga berbagai acara tersebut dapat mendukung gerakan literasi dan PPK yang saat ini digulirkan. Wallaahu a'lam.

PERINGATAN ISRA MIKRAJ, BUDAYA LITERASI,

DAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun