Strategi pendidikan dan dakwah perlu lebih inovatif untuk memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran masyarakat terhadap bahaya narkoba dan miras. Selama ini memang sudah banyak kegiatan dilakukan seperti sosialisasi, penyuluhan, dan iklan di media massa dan media sosial terkait narkoba dan miras, tetapi faktanya masih saja banyak terjadi kasus penyalahgunaan narkoba dan miras. Mengapa demikian? Karena berbagai upaya tersebut belum benar-benar efektif.
Disamping penegakkan hukum yang tegas, pendekatan dari berbagai perspektif perlu dilakukan, baik dari sisi agama, kesehatan, maupun budaya. Selain pendekatan resmi yang selama ini sudah banyak dilakukan, perlu pendekatan yang lebih humanistik dan menyentuh langsung kepada generasi muda, karena mereka memiliki keinginan dan harapan yang berbeda.
Remaja tidak terlalu senang digurui, dinasehati, diindoktrinasi, dan banyak dituntut oleh orang tua dan orang yang lebih dewasa. Mereka inginnya bebas menentukan pilihan sendiri, tanpa banyak dikekang. Oleh karena itu, sosialisasi tentang bahaya miras disesuaikan dengan dunia remaja, seperti melalui iklan-iklan yang menampilkan remaja-remaja anti narkoba, dibawa ke Lembaga Pemasyarakatan (LP), mewawancarai para tahanan kasus narkoba, dan dibawa ke panti rehabilitasi narkoba melihat korban narkoba yang sedang direhab dan keluar dari pengaruh narkoba.
Orang tua harus banyak berkomunikasi dengan anak-anaknya yang sudah memasuki masa remaja, guru-guru perlu berperan disamping sebagai seorang pendidik, juga sebagai teman yang bisa enak untuk dibawa bicara oleh siswanya. Para da'i dan tokoh agama bukan hanya ceramah diatas mimbar-mimbar dakwah yang sifatnya satu arah dan elitis, tetapi juga lebih membumi dan mampu merangkul remaja. Begitu pun aparat kepolisian, disamping menangkap pengedar dan bandar narkoba dan miras, juga perlu lebih sering memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Selain itu, ada pula cara-cara lain, seperti memberikan ruang kepada remaja untuk mengekspresikan kampanye anti narkoba dan miras melalui karya tulis, lagu, poster, dan sebagainya agar mereka memiliki pengetahuan, kesepahaman, dan kesadaran untuk menjauhi narkoba dan miras. Jangan biarkan generasi muda Indonesia satu demi satu mati sia-sia gara narkoba dan miras. Mereka adaah aset yang diharapkan meneruskan tonggak pembangunan bangsa. Para remaja yang sudah jadi korban jangan dijauhi, tapi perlu didekati dan direhabilitasi agar mereka tetap merasa memiliki harga diri.Wallaahu a'lam.
KASUS MIRAS OPLOSAN: REFLEKSI STRATEGI PENDIDIKAN DAN DAKWAH
Oleh:
IDRIS APANDI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H