Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Juara di Hati Siswa

28 Maret 2018   16:07 Diperbarui: 28 Maret 2018   16:12 7661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru yang mendidik dengan hati tentunya akan menjadi guru juara di hati para siswanya. Namanya akan selalu ada dalam hati mereka walau mereka telah lulus. Bahkan pada saat peringatan Hari Guru atau Hari Pendidikan Nasional, para lulusan mendatangi gurunya di almamaternya, atau menziarahi makamnya.

Dalam perspektif siswa, guru juara mungkin bukanlah guru yang rajin ikut lomba disana-sini, jadi juara di sana-sini, tetapi guru yang selalu hadir mendidik siswa, memberi contoh teladan, tanpa lelah membimbing dan membina mereka. Coba sesekali kepala sekolah, atau pengawas melakukan jejak pendapat siapa guru pavorit siswa.

Belum tentu  penilaian kepala sekolah atau pengawas sama dengan penilaian para siswa, karena penilaian siswa lebih kepada penilaian pada saat guru menyampaikan materi di kelas atau saat berinteraksi di sekolah. Guru yang enak cara mengajarnya dan ramah, itulah guru pavorit siswa. Sedangkan penilaian kinerja guru dari kepala sekolah dan pengawas dilihat dari berbagai dimensi atau komponen, baik administratif maupun cara mengajar.

Guru pun sesekali bisa mengedarkan semacam angket untuk meminta komentar atau saran dari siswa untuk peningkatan mutu atau perbaikan pembelajaran. Itulah ciri yang demokratis. Mau menerima saran atau kritik dari siswa. Tidak merasa cara mengajarnya sudah baik, dan siswa hanya sebagai objek bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Guru juara bukanlah guru yang sering dapat piala, sertifikat, dan piagam. Bukan pula guru yang wara-wiri dipanggil kesana-kemari untuk ikut pelatihan atau jadi instruktur, tetapi guru yang mampu merebut perhatian siswanya sehingga mereka senang dan nyaman belajar bersamanya.

Guru juara adalah guru yang kehadirannya dinantikan dan ketikdakhadirannya dirindukan. Saya yakin pada dasarnya semua guru ingin menjadi guru juara, guru yang memberikan kesan positif kepada siswa.

Siswa harus dibuat "jatuh cinta" dulu terhadap cara mengajar guru agar mereka dapat dengan senang hati menerima pelajaran dari guru, apalagi siswa memiliki beragam cara belajar. Guru juara akan ditulis dalam tinta emas sejarah pendidikan yang dialami oleh siswa. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun