Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Ingin Menulis, Tapi...

27 Maret 2018   17:00 Diperbarui: 27 Maret 2018   18:16 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rendahnya motivasi menulis bukan hanya dihadapi oleh orang biasa, bahkan hal ini juga banyak dialami oleh kalangan akademisi yang notabene diharapkan banyak memberikan pencerahan bagi masyarakat. Menulis untuk memenuhi angka kredit saja banyak yang tergopoh-gopoh. 

Beragam alasan dimunculkan, mulai dari kesibukan, sulit mengatur waktu, punya prioritas masing-masing, takut, kurang percaya diri, sampai rasa malas. Semua berhak menyampaikan alasan dan itu sah-sah saja, karena tidak ada keharusan untuk setuju atau tidak setuju terhadap berbagai alasan tersebut. Hidup adalah pilihan, dan tiap-tiap orang berhak memilih mana yang hal yang menurutnya paling memberikan manfaat bagi dirinya masing-masing.

Urusan menulis meang tidak dapat dipaksakan, kecuali

menyelesaikan tugas menyusun makalah saat kuliah yang walau malas wajib dilaksanakan demi mendapatkan nilai dan lulus mata kuliah yang diikuti. Dan setelah itu, merasa bebas dan merdeka dari "penjajahan" tugas-tugas kuliah. Sama sekali tidak ingin mendapatkan atau mengerjakan tugas yang sama lagi. Menulis hanya sebatas formalitas, bukan panggilan nurani.

Berbeda ketika seseorang menulis sesuatu yang diminati dan tidak berada di bawah tekanan atau perintah orang lain. Maka idenya akan terus mengalir. Jemarinya terus menari di atas tombol-tombol laptop atau gawai, mencurahkan apa yang ada dalam pikirannya. Dan, dia akan merasa puas dan bahagia manakala ide yang ada dalam pikirannya telah menjadi sebuah tulisan yang tersusun rapi.

Menulis perlu pengorbanan. Menulis adalah pekerjaan yang berat (bukan hanya Dilan saja yang merasa berat dengan rindunya terhadap Milea).

Seorang penulis harus mengorbankan waktu, biaya, tenaga, bahkan biaya. Memeras pikiran, mencari ide dan inspirasi sehingga bisa dieksekusi menjadi sebuah tulisan. Oleh karena itu, tidak sembarang orang bisa memasuki dunia menulis. Perlu energi, militansi, dan dedikasi terhadap dunianya.

Semua orang tahu bahwa jadi penulis itu pekerjaan yang tidak mudah, tapi belum dihargai sebagaimana mestinya. Kalah bergengsi sama profesi yang lain. Oleh karena itu, wajar kalau masih ada yang bicara "Saya ingin menulis, tapi...".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun