Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Prophetic Writer"

27 Maret 2018   11:48 Diperbarui: 27 Maret 2018   11:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis adalah sebuah pekerjaan yang mulia. Misi suci yang mengiringi seorang penulis adalah ikut mencerdaskan kehidupan manusia. Penulis menjadi penerang dalam gelapnya wawasan dan pengetahuan umat manusia, serta ikut membangun peradaban sehingga melahirkan manusia beradab dan cerdas.

Penulis adalah pembawa risalah kebenaran dan penyebar nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, sifat-sifat seorang nabi pun bisa menjadi sumber inspirasi bagi seorang penulis. Nabi Muhammad Saw. memiliki empat sifat wajib, yaitu: (1) sidik  yang artinya jujur, (2) amanah yang artinya dapat dipercaya, (3) fatanah yang artinya pintar, cerdik, cerdas, dan (4) tablig yang artinya menyampaikan ajaran agama Islam.

Seorang penulis harus memiliki sifat sidik, yaitu jujur dalam menyampaikan apa yang ditulis. Menulis disertai data dan fakta, tidak melakukan plagiat. Kalau mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumbernya. Hal ini sebagai bagian dari etika akademik yang harus dilakukan seorang penulis.

Beberapa waktu yang lalu ada seorang guru besar yang "gelar" profesornya dicabut karena terbukti memplagiat karya tulis mahasiswanya. Tahun lalu ada seorang remaja yang mendadak terkenal karena tulisan-tulisannya di media sosial menjadi viral, tapi ternyata memplagiat status atau tulisan orang lain. Kasus yang paling baru adalah seorang remaja yang terbukti memplagiat cerpen-cerpen milik orang lain. Cerpen-cerpen tersebut dikirim ke media massa, lalu dia pun mendapatkan honor dari tulisannya. Setelah ada yang menemukan dan memprotesnya, baru dia meminta maaf.

Ketika ditanya mengapa dia melakukan plagiat? Jawabannya cukup menggelikan, yaitu "kalau menulis sendiri, dia mengaku tulisannya jelek". Lha, ingin menjadi penulis hebat kok mengambil jalan pintas, tidak mau berusaha keras. Itu yang baru kasus yang berhasil terungkap. Entah kasus-kasus yang tidak atau belum terungkap. Namun yang pasti, plagiat adalah cacat moral dan cacat intelektual seorang penulis. Seorang plagiator  telah merusak nilai integritas dan kejujuran seorang penulis.

Seorang penulis harus memiliki sifat amanah, artinya tulisan-tulisannya harus dapat dipercaya dan mengacu kepada referensi yang bisa dipercaya juga. Jangan menulis hal-hal yang menyesatkan, memprovokasi, ujaran ujaran kebencian, fitnah, mengandung unsur SARA, dan HOAX. Saat ini di media sosial begitu banyak beredar dengan cepat tulisan-tulisan yang berisi fitnah dan HOAX. Entah siapa dan entah dari mana awal mula tulisan tersebut. Aparat kepolisian dengan perangkat yang dimilikinya, tentunya diharapkan dapat menelusurinya dan menindak para pelakunya, karena sangat meresahkan dan menyebabkan terganggunya ketertiban masyarakat.          

Penulis yang isi tulisannya tidak kredibel tentunya tidak akan dipercaya lagi. Oleh karena seorang penulis harus benar-benar hati dalam menulis. Menulis bukan pekerjaan mudah. Sebelum menulis dipikirkan dulu apa yang akan ditulis? Apakah tulisan terebut akan memberikan manfaat kepada pembaca? Apakah referensinya sudah disiapkan? dan sebagainya.

Seorang penulis harus memiliki sifat fatanah, yaitu memiliki wawasan yang luas, agar tulisan-tulisannya berkualitas, bernas, dan mencerahkan. Penulis yang banyak disukai pembaca biasanya adalah penulis yang mampu menyajikan pembahasan sebuah permasalahan dengan menggunakan bahasa mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Dia mampu menjelaskan masalah yang kompleks menjadi mudah dengan bahasa yang sederhana.

Seorang penulis bukan hanya terampil mengutip pendapat-pendapat yang sudah ada di buku-buku referensi, tetapi juga mampu menyusun argumen-argumen sendiri, sehingga orisinalitas pemikirannya dapat terlihat.  Seorang penulis bukan hanya jadi konsumen dari pemikiran-pemikiran orang lain, tapi juga harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang juga akan jadi konsumsi orang lain.

Seorang penulis harus memiliki sifat tablig, artinya menyebarkan ide untuk mencerdaskan dan menciptakan kemaslahatan dalam kehidupan masyarakat. Dia senang berbagi, tidak pelit terhadap ilmu dan informasi yang dimilikinya, karena justru jika semakin banyak dibagikan, maka semakin banyak yang membaca, dan tentunya semakin memberikan manfaat bagi masyarakat. Intinya, ada semangat berbagi kebaikan yang ditunjukkannya.

Penulis yang mengamalkan empat hal tersebut, akan menjadikan dirinya penulis yang menjiwai sifat-sifat kenabian (prophetic writer). Menulis baginya bukan hanya sekedar profesi atau hobi, tetapi menjadi sarana dakwah, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kepada keburukan. Menjadi prophetic writer adalah sebuah harapan, sebuah kebahagiaan, dan tentunya sebuah jalan menuju surga. Wallaahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun