Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Buku Bunga Rampai

22 Maret 2018   17:33 Diperbarui: 22 Maret 2018   17:46 4477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang, khususnya kalangan akademisi mampu menerbitkan sebuah buku tentunya akan jadi sebuah kebahagiaan sekaligus kebanggaan bagi dirinya. Tidak masalah apakah diterbitkan oleh penerbit mayor ataupun self publishing. Dunia akademik memang tidak lepas dari dunia ilmu pengetahuan yang tentunya penyebarannya melalui tulisan, walau ada pula yang melalui media audio visual, tergantung jenis dan konteks ilmu pengetahuan yang disebarkannya. Oleh karenanya, semaraknya ilmu pengetahuan sangat memerlukan peran kalangan akademisi.

Seorang akademisi yang profesional tentunya diharapkan menulis buku sesuai dengan bidang profesinya, misalnya seorang guru, dosen, atau widyaiswara. Walau demikian, ada juga yang menulis tidak sesuai dengan bidang kelilmuannya, misalnya karena memiliki kompetensi, kepedulian, atau hobi pada bidang lain. Menurut saya, itu sah-sah saja, karena urusan menulis bukan hanya kaitannya dengan profesi, tetapi juga minat dan passionseseorang. Oleh karenanya, jangan heran kalau ada seorang akademisi misalnya menulis buku cara memelihara ikan hias atau cara menyulam karena mungkin memiliki hobi atau pekerjaan lain. Intinya, menulis.

Dari sekian banyak jenis tulisan, ada salah satu jenis buku yang bisa ditulis, yaitu buku Bunga Rampai atau semacam antologi. Disebut Bunga Rampai, karena buku tersebut biasanya terdiri dari artikel-artikel yang memiliki tema yang sama, baik ditulis oleh sendiri atau pun oleh beberapa orang.

Bunga Rampai tentang pendidikan tentunya berisi tulisan-tulisan yang berkaitan tentang pendidikan, seperti profesionalisme guru, kurikulum, didaktik metodik mengajar, pendidikan karakter, Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan sebagainya. Tulisan-tulisan yang membahas topik yang sama atau mirip digabungkan agar membacanya lebih enak.

Menulis buku Bunga Rampai bukan hal yang mudah, karena selain diperlukan tulisan-tulisan yang membahas topik yang sesuai dengan tema utamanya, juga diperlukan editor yang paham pada bidang dibahas. Kalau penulisnya hanya seorang, biasanya dirinya sendiri yang merangkap sebagai editor atau meminta bantuan pihak lain, tetapi jika ada sekian banyak orang yang menjadi kontributor, maka biasanya editor dipercayakan kepada salah seorang dengan bantuan editor dari penerbit.

Sepanjang pengetahuan saya, belum ada batas minimal berapa jumlah tulisan dalam sebuah buku bunga rampai, tetapi jika minimal sebuah buku sebanyak 50 halaman, dan satu artikel sebanyak tiga lembar kertas A4 (estimasi 900-1000 kata), maka jumlah minimal tulisan sekitar 15-20 artikel. Prosesnya bisa cepat atau bisa juga lama. Bisa cepat kalau naskah-naskahnya sudah tersedia atau sekian banyak topik dibagi-bagi kepada sekian banyak orang. Bisa lama jika naskahnya digarap oleh sendiri atau penulis-penulis baru ditunjuk ketika buku mau diterbitkan.

Menulis bukan pekerjaan mudah. Sebelum menulis, seorang penulis perlu mencari dan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas, dan itu pun belum tentu bisa langsung dieksekusi menjadi sebuah tulisan. Ada kalanya, orang yang banyak membaca referensi justru bingung memulai dari mana? atau bagian mana yang akan dikutip.

Menurut saya, buku Bunga Rampai memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain; pembaca bisa membaca beragam tulisan dengan berbagai sudut pandang dan berbagai gaya penulisan tentang sebuah persoalan. Dan kelemahannya antara lain; bisa saja ada pengulangan atau kemiripan pembahasan antara satu tulisan dengan tulisan yang lain, antara penulis yang satu dengan yang lain yang menyebabkan pembaca menjadi bosan karena menemukan kalimat, data, atau fakta yang berulang. Misalnya tulisan tentang pendidikan, bisa saja pembaca menemukan beberapa kutipan yang sama tentang definsi pendidikan.

Selain itu, mungkin juga ditemukan ketimpangan kualitas dan tingkat kedalaman penyajian sebuah tulisan, apalagi kalau penulisnya terdiri dari beberapa orang. Oleh karena itu, baik penulisnya maupun editor harus cermat dalam menulis dan menelaah sebuah artikel yang akan dibukukan.

Lembaga penelitian atau Perguruan Tinggi juga menerbitkan buku dalam bentuk bunga rampai. Buku jenis ini bisa menjadi salah satu alternatif sumber bacaan. Saya memiliki dosen, seorang profesor yang menerbitkan buku bunga rampai artikel-artikel tentang politik yang ditulisnya di koran. Selain menambah pengetahuan, tulisan-tulisannya enak dibaca, disajikan secara singkat, padat, dan membosankan seperti buku-buku teks tentang politik yang berat dan banyak teorinya. Mau menulis buku bunga rampai? Silakan tentukan temanya, kumpulkan bahan, dan segera menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun