Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tribute to" Maman Supratman, Dedikasi Seorang Guru Honorer

20 Februari 2018   16:46 Diperbarui: 20 Februari 2018   17:05 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TRIBUTE TO MAMAN SUPRATMAN

DEDIKASI  SEORANG GURU HONORER

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)

Maman Supratman, seorang guru honorer di SMPN 17 Bekasi mendadak terkenal setelah profilnya diunggah di media sosial oleh salah seorang guru SMPN 17 Kota Bekasi Sukamto, M.Pd. Sosok Pak Maman menjadi pusat perhatian karena di tengah usianya yang sudah 74 tahun tetap semangat mengabdikan dirinya mendidik walau statusnya sebagai guru honorer selama 40 tahun dengan honor yang tidak seberapa. Pak Maman pernah mengajukan pemberkasan menjadi PNS, tetapi karena usianya sudah 40 tahun, usulan tersebut gagal karena usia minimal untuk bisa diterima menjadi PNS adalah 37 tahun.

Pengabdian dan dedikasi Pak Maman menjadi inspirasi bagi kalangan pendidik dan layak mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya. Di usia 74 tahun, pada umumnya seorang pegawai sudah pensiun, beristirahat, dan menikmati masa tua, tetapi berbeda bagi Pak Maman. Di usia tersebut, Beliau masih aktif berkarya mencerdaskan anak bangsa.

Pak Maman adalah guru yang serba bisa. Di SMPN 17 Bekasi, sekolahnya tempatnya mengajar, Beliau mengajar mata pelajaran kesenian khususnya seni musik angklung. Selain itu, Beliau juga mengajar seni rupa dan elektro pada mata pelajaran fisika.

Kemampuannya bermusik didapatnya secara otodidak. Setelah keluar sebagai karyawan di pabrik kertas pada tahun 1970, dia pergi ke daerah Jatiluhur, Jawa Barat. Beliau melihat banyak bambu hitam di daerah itu dan berinisiatif membuat alat musik angklung.

Pak Maman pernah sempat menolak saat ditawari menjadi guru. Saat itu, dia hanya seorang penjual alat musik angklung buatan sendiri. Pekerjaan tersebut dia lakukan setelah berhenti bekerja di perusahaan kertas pada 1970. Ia mengisahkan, pada 1976, dirinya diminta menyediakan alat musik angklung oleh SMP Negeri 6 Bekasi, yang saat itu bernama SMP 1 Pondok Gede. 

Dikarenakan di sekolah itu tidak ada guru kesenian, Maman ditawari untuk menjadi guru di sana. Pada awalnya Pak Maman menolak, tetapi setelah dibujuk dan diyakinkan oleh Kepala Sekolah, Pak Maman akhirnya menyetujui ajakan untuk menjadi guru mata pelajaran seni musik dan seni rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun