Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengantisipasi Bahaya LGBT Melalui Budaya Literasi

9 Januari 2018   16:04 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:00 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keempat, literasi perlingan sosial.Maksudnya, LGBT disamping penyakit moral juga adalah penyakit sosial. Generasi bangsa harus diselamatkan dari penyakit tersebut. Keluarga adalah unit kelompok sosial atau masyarakat terkecil. Keluarga harus bisa menjadi benteng terhadap penyebaran LGBT. Sejak kecil, orang tua harus mengondisikan pendidikan dan bermain anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Kecuali yang memang memiliki kelainan secara medis dan psikologis, tentunya harus melibatkan dokter dan psikolog.

Dalam konteks Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sebuah keluarga hanya bisa dibentuk oleh laki-laki dan perempuan melalui ikatan perkawinan yang sah. Salah satu tujuan dibentuknya keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. Adalah mustahil sebuah keluarga dibentuk dari perkawinan sesama jenis. Para pelaku LGBT pun lahir dari seorang ayah dan ibu yang berbeda jenis kelamin. Meskipun kaum LGBT mengatakan bahwa untuk memiliki anak, mereka dapat menyewa rahim, hal tesebut hanya sebuah pembelaan diri, mengada-ada, dan terlalu menyederhanakan masalah.

Apakah ada wanita yang rahimnya mau disewakan untuk kaum LGBT? Bagi saya itu adalah pelecehan terhadap kaum perempuan, dimana rahim yang merupakan organ reproduksi anugerah Tuhan yang digunakan untuk melahirkan keturunan dari dirinya sendiri, bukan untuk disewa-sewakan layaknya sebuah barang rental.

Masyarakat harus dibuat semakin melek tentang bahaya LGBT. Pelakunya tidak perlu dimusuhi, tetapi perilakunya yang perlu diwaspadai. Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat harus gencar melakukan sosialisasi melalui berbagai media. Kaum LGBT sudah melakukan gerakan secara sistematis, terorganisir, bahkan mendapat dukungan lembaga internasional, serta raksasa teknologi informasi dunia. Kalau pemerintah dan masyarakat tinggal diam, abai, tidak peduli, maka kehancuran moral bangsa tinggal menunggu waktu.

Literasi bisa menjadi strategi ampuh untuk mengedukasi masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak terjerumus ke dalam kelompok LGBT. Kampanye melalui media sosial sangat cocok diberikan kepada generasi millennial yang memang melek terhadap teknologi. Kalau perlu pemerintah atau LSM membuat iklan yang dimunculkan pada berbagai media agar kampanye bahaya LGBT semakin menggema dan semakin menyadarkan masyarakat bahwa bahaya LGBT bukan hanya sudah di depan mata, tetapi juga sudah merasuki sebagian generasi bangsa. Wallahu a'lam.

MENGANTISIPASI BAHAYA LGBT MELALUI BUDAYA LITERASI

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun