Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hal Ini Perlu Dimiliki untuk Jadi Guru yang Berkarakter

1 Desember 2017   20:25 Diperbarui: 2 Desember 2017   00:25 3924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Membahas tentang guru memang tidak akan pernah habis. Banyak sisi menarik yang dapat disorot, mulai dari sisi penyiapan calon guru, peningkatan profesionalisme, kegiatannya dalam pembelajaran, perlindungan guru, sertifikasi, tunjangan profesi yang terlambat cair, nasib guru honorer yang tidak kunjung selesai, dan sebagainya.

Pada tulisan ini saya akan membahas tentang guru yang berkarakter. Mengapa hal ini perlu dibahas? Karena guru merupakan insan pendidik karakter bagi para peserta didik di sekolah. Sebelum dia mendidik karakter kepada peserta didik, tentunya dia sendiri pun harus berkarakter. Setidaknya ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh guru, sebagai berikut.

Pertama, karakter pejuang

Tugas utama guru adalah berjuang membebaskan anak-anak bangsa dari kebodohan. Jika zaman dulu para pejuang kemerdekaan berjuang dengan cara mengangkat senjata. Bersedia mengorbankan jiwa dan raga, kini tugas guru mengerahkan segara rupa cara dan strategi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.

Bagi guru-guru yang berada di daerah perkotaan mungkin tantangannya tidak terlalu berat, tapi bagi guru-guru di daerah 3 T (terdalam, terluar, terpencil) tantangannya sangat luar biasa. Harus menempuh jarak puluhan kilo meter ke sekolah kondisi jalan yang rusak, melewati sungai, hutan, bahkan laut. Mereka mengajar dengan penuh keterbatasan, bahkan masih ada sekolah yang mirip kandang ayam. Di satu sisi tuntutan terhadap guru sama, sedangkan kesenjangan masih banyak terjadi. Di sinilah mental pejuang guru dibutuhkan.

Mental pejuang guru juga dibutuhkan dalam membina akhlak peserta didik yang tantangannya semakin kompleks. Saat ini ada kecenderungan peserta didik semakin berani kepada guru, bahkan melawan ketika dinasihati atau diperingatkan oleh guru. belum lagi perilaku orang tua alayyang suka main hakim sendiri atau mengkriminalisasi guru yang disangka melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya.

Guru harus benar-benar berjuang mengendalikan diri dan menahan emosi ketika menghadapi kondisi demikian, melakukan langkah persuasif, proaktif, dan antisipatif sambil terus berdoa kepada Tuhan agar dirinya diberikan kekuatan lahir dan batin dalam menjalankan tugas.

Kedua, karakter pemenang

Menurut saya, guru pemenang yang sejati bukanlah sekedar guru yang juara lomba atau juara kontes-kontesan, tetapi ketika dia berhasil mendidik setiap anak-anak didiknya dan lulus dengan hasil yang baik. Apalagi kalau para lulusannya dapat sukses dalam pekerjaan dan karir masing-masing. Tentunya guru akan sangat bahagia. Benar-benar merasa menjadi pemenang. Perjuangannya selama sekian tahun mendidik siswa tidak sia-sia.

Hakikat menang bagi guru juga adalah ketika dia mampu mengalahkan rasa malas  untuk meningkatkan profesionalismenya, mengalahkan ego ketika dia berada di hadapan siswanya, mau belajar menjadi pendengar, mau menerima saran dan kritik baik dari siswa maupun dari rekan sejawat.

Ketiga, karakter pemimpin

Di kelas adalah sosok yang memimpin dan memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuannya. Sebagai seorang pemimpin, disamping harus memiliki karakter kepemimpinan, dia pun harus memiliki wibawa, dan utamanya keteladanan, karena wibawa dan keteladanan menjadi modal utama untuk dapat diturut oleh para siswanya.

Berdasarkan hal tersebut, guru harus mampu menjaga perkataan, sikap, dan perilakunya. Walau demikian, bukan berarti guru harus menjaga jarak, jaim,dan bersikap kaku terhadap para siswanya. 

Hal tersebut justru akan menyebabkan para siswa jauh dengan guru dan cenderung tidak akan menyukainya. Di sekolah, guru adalah orang tua sekaligus juga dapat berperan sebagai teman yang bersedia mendengar dan memahami keinginan dan harapan-harapan siswa-siswanya dengan tetap menjaga etika pergaulan.

Keempat, karakter pembelajar

Mutlak karakter ini harus dimiliki oleh guru agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, mampu menjawab tuntutan, tantangan, dan harapan-harapan terhadap munculnya sosok guru profesional. Guru harus mewujudkan dirinya menjadi menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dengan kata lain, guru harus melek IT, jangan sampai kudetalias kurang update,karena zaman terus berkembang. Dalam hitungan menit inovasi-inovasi baru muncul dari berbagai belahan bumi, informasi terus menyebar melalui media sosial yang notabenetinggal diakses melalui gadgetyang dipegang oleh siswa sebagai generasi millennial.

Guru berkarakter pasti haus akan ilmu-ilmu baru, memiliki pandangan yang terbuka, memiliki keunikan, tidak henti-hentinya melakukan kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan berimbas kepada meningkatnya kualitas lulusan. So,siapa berani jadi guru berkarakter?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun