Pengembagan sebuah gagasan disamping harus ditunjang oleh penguasan substansi masalah yang ditulis, juga harus ditunjang oleh perbendaharaan kata-kata. Dan itu yang saya perhatikan dari sebagian peserta. Mereka memiliki ide, bisa menceritakannya secara lisan, tetapi begitu kesulitan ketika harus menuliskannya. Tapi, seiring dengan seringnya latihan dan membiasakan menulis, saya kira lambat laun bisa akan terampil menulis.
Sampai sesi materi selesai, ada sekitar 75% mampu menyelesaikannya, dan sekitar 25% lagi masih berproses menyelesaikan tulisannya. Saya menyarankan agar tulisan-tulisan mereka dihimpun dan dijadikan sebagai bunga rampai sebagai bukti fisik, sebagai kenangan-kenangan, sekaligus memotivasi mereka untuk terus berkarya.
Muhibbah literasi ke Tanah Rencong membuka mata saya bahwa masih banyak guru yang memerlukan ilmu menulis. Belum lagi guru-guru yang belum mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, saya kira pemerintah daerah  setempat perlu terus mengagendakan pelatihan menulis, karena disamping sebagai tuntutan pengembangan profesi, juga sebagai wahana untuk menjadikan guru mampu menuangkan ide atau gagasannya, sehingga mereka mampu mengukir sejarah dan meninggalkan warisan intelektual bagi generasi berikutnya.
Menjadi guru penulis juga dapat menjadi kebanggaan sekaligus prestasi tersendiri bagi mereka. Guru-guru peserta Bimtek kemarin secara umum saya kira sudah menunjukkan keinginannya untuk mampu menulis. Tinggal semangat dan kemampuannya terus diasah melalui proses latihan yang lebih serius dan tanpa lelah, karena kendala utama dalam menulis adalah rasa malas, rendahnya rasa percaya diri, dan konsistensi. Ayo lawan perasaan-perasaan tersebut dilawan dengan terus berlatih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H