Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Widyaprada Ahli Madya BBPMP Jawa Barat. Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batik dan Pendidikan Karakter

2 Oktober 2017   13:03 Diperbarui: 2 Oktober 2017   13:11 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Bertepatan dengan peringatan hari tersebut, seluruh bangsa Indonesia diimbau untuk memakai batik sebagai bentuk ikut memeriahkan, dukungan, sekaligus promosi batik sebagai salah satu ikon pariwisata kepada dunia.

Setelah diajukan pada tahun 2008, maka tanggal 2 Oktober 2009 menjadi hari bersejarah bagi bagi bangsa Indonesia karena United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) meresmikan batik sebagai salah satu warisan dunia yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi satu kebanggaan tersendiri mengingat ada beberapa karya seni dan budaya Indonesia yang suka diklaim negara tetangga seperti Malaysia.

Para pemimpin negara, mulai dari Nelson Mandela sampai dengan Barack Obama telah mengenakannya. Begitu pun para artis mancanegara, mulai dari artis Eropa, Amerika, hingga Korea memakai batik. Batik ini tidak lagi dianggap sebagai pakaian tradisional, tetapi juga telah menjadi pakaian yang dapat disesuaian dengan perkembangan model pakaian kontemporer.

Menurut saya, batik bukan hanya sekedar pakaian. Dalam konteks pendidikan, ada beberapa nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter, antara lain: (1) kreativitas, (2) Ketekunan, (3) Keindahan, (4) Cinta Tanah Air, (5) Mencintai Budaya Lokal, dan (6) Jiwa Wirausaha.

Kreativitas

Batik adalah hasil kreativitas. Sudah ribuan desain dan model yang dibuat. Hal tersebut tentunya bukan hal yang mudah. Butuh pemikiran dan eksplorasi ide yang luar biasa. Ide itu mahal dan tidak semua orang mampu melakukannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu melakukannya, dan harus memiliki jiwa seni yang tinggi. Kreativitas harus terus dikembangkan agar konsumen tidak bosan dan agar terus dapat bersaing di tengah persangan yang semakin ketat.

Ketekunan

Suatu waktu, saya memperhatikan seorang pembatik yang tengah membuat batik tulis. Dia begitu tekun, fokus pada pekerjaannya, meski memerlukan waktu yang cukup lama. Proses pembuatan batik tulis bisa berbulan-bulan. Oleh karena itu, harganya wajar kalau lebih mahal dari batik yang dicetak.

Keindahan

Desain batik selalu memperlihatkan keindahan. Mampu menambah kepercayaan diri bagi yang menggunakannya. Motif-motifnya sangat beragam. Ada yang memperlihatkan nuansa alam, karakter daerah, etnik, disertai dengan warna-warna yang menarik dan unik. Batik sudah masuk ke fashion show, dan para model begitu bangga menjadi model iklan batik.

Cinta Tanah Air

Batik sudah menjadi identitas nasional yang dikenal dunia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia yang memakai batik adalah bentuk rasa cinta terhadap tanah air.  Memakai batik adalah bukti cinta terhadap produksi dalam negeri. Selain itu, dengan memaki batik, juga sekaligus ikut mempromosikan batik kepada dunia.

Mencintai Budaya Lokal

Setiap daerah memiliki batik khas daerahnya. Desainnya biasanya menggambarkan karakteristik daerah seperti etnis, tanaman khas, hewan khas, kesenian, dan sebagainya. Misalnya batik mega mendung identik dengan Cirebon, batik model klasik identik dengan solo, dan sebagainya. Batik dari daerah juga menjadi oleh-oleh bagi yang bepergian karena merasa senang dan bangga dapat mengoleksi batik dari luar daerah, apalagi bagi yang suka traveling.

Jiwa Wirausaha

Batik juga menjadi simbol jiwa wirausaha, menjadi denyut ekonomi warga, menjadi daya tarik wisata, dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. Di beberapa daerah ada sentra-sentra perajin dan penjual batik. Batik-batik tersebut selian dijual di daerah sendiri, juga dijual keluar daerah.

Dengan demikian, batik bukan sekedar pakaian, tetapi juga ada nilai-nilai pendidikan pendidikan karakter seperti yang saat ini tengah dikampanyekan oleh pemerintah melalui Penguatan Pendidikan Karater (PPK). Bangga menjadi bangsa Indonesia, bangga menggunakan batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun