Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepemimpinan Spiritual

24 Juli 2017   15:01 Diperbarui: 24 Juli 2017   15:11 3037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual yang baik, bukan hanya mengacu kepada peraturan yang berlaku, tetapi memimpin dengan nurani, bijak dalam bertindak dan mengambil keputusan. Mempertimbangkan setiap sisi dan konsekuensi dari setiap keputusannya, walau tentunya belum tentu keputusannya mampu memuaskan setiap bawahannya.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual yang baik akan menyebarkan aura yang baik di lingkungan unit kerjanya, merangkul setiap stafnya, adil, menghargai sekecil apapun partisipasi dan kontribusi para bawahannya. Sederhana, bersahaja, serta mampu mengutamakan kepentingan bawahan di atas kepentingan dirinya.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual yang baik akan menjadi benteng bagi stafnya, agar mereka nyaman dan tenang dalam bekerja. Ketika ada masalah, tidak mudah menghakimi atau atau menyalahkan bawahannya, tetapi mencari solusi untuk menyelesaikan masalah, dan melakukan pembinaan agar staf yang melakukan kesalahan tersebut dapat memperbaiki  diri.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual yang baik akan akan menempatkan jabatan sebagai amanah, dan jika suatu saat amanah tersebut diambil oleh pemberi amanah, dia akan dengan legowo menyerahkannya kembali. Dia berpikir bahwa sesuatu yang diamanahkan akan suatu saat akan diambil sang pemiliknya. Selain itu, dia sunguh-sungguh dalam berja, karena kalau tidak sungguh-sungguh, sama saja dengan menghianati amanat.

Seorang pemimpin di sebuah instansi atau lembaga biasanya ketika dilantik dipayungi oleh kitab suci agama yang dianutnya. Hal ini sebagai bentuk pengingat bahwa yang disampaikannya bukan hanya akan dipertanggungjawabkan di dunia, tetapi juga dihadapan yang Maha Kuasa.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual, bukan hanya taat beribadah secara ritual, tetapi juga mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari utamanya dalam tata kelola manajerialnya. Dengan kata lain, dia bukan hanya kuat dalam membina hubungan dengan Sang Pencipta, tetapi juga kuat dalam membina hubungannya dengan sesama manusia.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual yang baik tentunya akan mau mendengar saran atau pendapat dari bawahan atau atau pihak lain agar dia tetap istikamah dalam memimpin, ketika kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusannya dinilai melenceng dan akan merugikan baik merugikan dirinya sendiri maupun merugikan bawahan, bahkan yang lebih luas merugikan masyarakat.

Pemimpi yang berdasarkan nilai spiritual akan senantiasa menjaga integritasnya, karena dia sadar bahwa integritas adalah modal penting untuk mendapatkan kepercayaan dari bawahan dan dari publik. Banyak pemimpin yang tidak berwibawa, dan akhirnya harus lengser karena dinilai sudah tidak memiliki integritas. Apa yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan.

Pemimpin yang berdasarkan nilai spiritual akan menjadikan jabatan yang disandangnya sebagai jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dia akan banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan agar senantiasa diberikan petunjuk, serta diberikan kekuatan lahir dan batin dalam menjalankan tugasnya, hanya kepada Dia lah tempat meminta perlindungan.

Karakter pemimpin yang saya paparkan di atas, mungkin terlalu ideal ditengah tantangan yang dihadapi oleh pemimpin saat ini, dimana antara harapan dan kenyataan bertolak belakang, apalagi kalau sudah dimasuki berbagai intervensi dan kepentingan. Ada sebuah dilema yang dihadapi antara kewajiban moral bertindak sesuai aturan dengan mengikuti kepentingan. Disitulah ujian terhadap integritas dan konsistensi seorang pemimpin.

Banyak pemimpin yang pada awal-awal tugasnya memiliki idealisme yang tinggi, tapi dalam perjalanannya, idealisme itu sedikit demi sedikit luntur disebabkan oleh berbagai hal, baik dari pengaruh dari dirinya sendiri maupun dari pengaruh dari luar. Bahkan ada yang sampai harus berurusan dengan aparat hukum karena salah mengambil keputusan. Hal tersebut tentunya tidak diharapkan. Setiap pemimpin harus bisa menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam keburukan setelah dirinya memimpin. Dengan kata lain, dia mampu mengakhiri jabatan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun