Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Meminta Sumbangan Perayaan HUT RI di Jalan

22 Juli 2017   23:34 Diperbarui: 23 Juli 2017   04:17 1956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Agustus akan sekitar sepekan lagi. Bagi bangsa Indonesia, bulan Agustus adalah bulan yang sangat bersejarah, karena pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Oleh karena itu, setiap bulan Agustus bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaannya RI. Berbagai acara digelar,mulai dari upacara bendera, karnaval, festival, lomba-lomba, hiburan, doa bersama, tabligh akbar, dan sebagainya.

Ada fenomena yang terjadi peringatan HUT RI, yaitu banyaknya pemuda atau kelompok masyarakat yang meminta sumbangan peringatan HUT RI di jalan raya. Dalam radius yang tidak terlalu jauh, para peminta sumbangan tersebut memasang posko sumbangan. Kalau diperhatikan, pada umumnya mereka adalah karang taruna, kelompok pemuda, atau panitia HUT RI.

Selian meminta sumbangan, sebenarnya ada juga yang sedikit kreatif. Misalnya dengan menjual minuman ringan atau bendera merah putih. Walau demikian, ada juga yang suka menjual secara memaksa kepada pengendara atau istilah sundanya "jual dedet." Para pengendara diberhentikan dan diminta untuk membeli barang yang dijual dengan alasan untuk dana peringatan HUT RI.

Disamping tindakan mereka menganggu pengendara kendaraan, juga kadang memacetkan jalan. Entah, apakah aksi mereka berizin atau tidak, yang pasti tindakan meminta sumbangan di jalanan akan semakin marak menjelang peringatan HUT RI. Tiak dapat dipungkiri memang untuk menyelenggarakan sebuah acara untuk memeriahkan HUT RI membutuhkan dana. Dan jumlahnya beragam, tergantung jenis dan jumlah acara yang diselenggarakan. Kalau hanya mengandalkan iuran atau sumbangan dari masyarakat di lingkungan sekitar, biasanya belum dapat memenuhi kebutuhan dana. Oleh karena itu, panitia meminta sumbangan di jalanan.

Di satu sisi, tindakan tersebut dapat dibaca sebagai upaya atau keseriusan panitia dalam menggalang dana. Tindakan mereka patut diapresiasi. Mereka rela berpanas-panas dan terkena debu jalanan, tetapi di sisi lain, ada kalanya mengganggu ketertiban lalu lintas. Apalagi kalau mereka setengah memaksa, justru membuat pengguna jalan antipati.

Berkaitan dengan hal tersebut, mungkin saja ada yang berkomentar, "ya beri saja sumbangan seikhlasnya, tidak perlu mempersoalkan aksi para peminta sumbangan itu. Toh, ada juga yang suka meminta sumbangan, seperti sumbangan masjid." Sebenarnya ada benarnya juga. Walau demikian, tindakan mereka bukan hanya cukup mengganggu ketertiban, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan mereka sendiri.

Dari hasil meminta sumbangan di jalan, mungkin saja panitia mendapatkan hasil yang cukup menjanjikan. Makanya, mereka melakukan hal tersebut. Daripada sekedar meminta sumbagan kepada mayarakat di kampung. Meminta sumbangan di jalan bisa dilakukan setiap hari, sedangkan meminta sumbangan kepada warga masyarakat tidak mungkin berkali-kali.

Selain meminta sumbangan kepada warga masyarakat dan pengguna jalan, sebenarnya bisa juga meminta sumbangan kepada pengusaha atau donatur, walau kadang mereka pun cukup direpotkan dengan banyaknya yang pihak yang meminta sumbangan. Oleh karena itu, perlu alternatif lain, misalnya dengan mengumpulkan iuran warga sejak jauh-jauh hari kalau acara HUT RI ingin diisi dengan berbagai acara. Kalaupun misalnya tidak cukup dana, sebaiknya tidak terlalu memaksakan, karena kekhidmatan peringatan acara HUT RI tidak tergantung kepada seberapa banyak acara yang dilaksanakan, meskipun dari sisi kemeriahan mungkin sedikit berkurang.

Bagi donatur yang memiliki kelebihan rezeki, saya kira pihak yang pertama kali wajib dibantu adalah lingkungan sekitar. Kalau tidak dapat membantu secara materi, juga bisa membantu dalam bentuk yang lain, misalnya dengan materi atau menjadi sponsor kegiatan. Anggap saja itu sebagai bentuk mensyukuri nikmat kemerdekaan yang saat ini dirasakan. Ketika para pejuang menyumbangkan harta, tenaga, bahkan nyawa untuk meraih kemerdekaan, maka sebagai bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya, perjuangan saat ini bisa diterjemahkan dalam bentuk memberikan sumbangan untuk peringatan HUT RI.

Pada peringatan HUT RI, menurut saya yang paling diperlukan adalah kontemplasi dari semua warga bangsa apa yang sudah diberikan untuk bangsa dan negara? Momentum peringatan HUT RI dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan rasa cintah air dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Adapun hiburan, festival, karnaval, atau lomba hanya menjadi acara pelengkap. Selain itu, momentum peringatan HUT RI perlu diisi dengan banyak bersyukur dan berdoa karena ditengah berbagai tantangan, Indonesia masih tetap utuh dan semoga makin maju. Aamiin yra....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun