Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Islam dan Penjaminan Mutu

20 Juli 2017   17:12 Diperbarui: 20 Juli 2017   22:29 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi para pemeluknya, Islam adalah agama yang sempurna dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Setiap aspek kehidupan mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling kompleks ada aturannya dalam agama Islam. Istilahnya, dari mulai manusia bangun tidur, beraktivitas, sampai tidur lagi diatur oleh agama Islam.

Islam adalah agama yang menekankan pentingnya penjaminan mutu. Maksud di sini adalah mutu dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam kaitannya dengan pribadi, pekerjaan, pergaulan, produk, dan sebagainya. Seorang muslim diwajibkan menjadi manusia yang bermutu. Jalan menjadi manusia yang bermutu adalah melalui pendidikan, menjadi pembelajar sepanjang hayat. Allah akan memuliakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan memiliki ilmu beberapa derajat. Dan manusia yang paling bermutu dihadapan-Nya adalah manusia yang paling mulia.

Seorang muslim pun wajib memiliki akhlak yang mulia sebagai bentuk jaminan mutu dirinya. Seorang karyawan atau wirausahawan bukan hanya dituntut untuk cerdas secara intelektual, tetapi juga harus memiliki karakter yang baik seperti jujur, amanah, disiplin, dan pekerja keras. Itulah jaminan mutunya dihadapan pimpinan atau pelanggan.

"Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga. "(HR Muttafak 'alaih). Rasulullah Saw. adalah pribadi yang sangat dikenal dengan kejujurannya. Oleh karena itu, Beliau dihormati kawan dan disegani lawan. Kaitannya dengan dengan kerja keras, Allah Swt. berfirman "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. " (Q.S. Al-Jumu'ah : 10).

Kaitannya dengan ketekunan, Allah Swt. berfirman "...Sesungguhnya Allah Swt. tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." (QS Ar-Ra'du : 11). Berkaitan dengan sifat ulet, Allah Swt. berfirman "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka Itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah : 155).

Kaitannya dengan sifat teliti, Allah Swt. berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS Al-Hujurat  : 6).

Selanjutnya umat Islam diwajibkan untuk disiplin menghargai waktu agar tidak menjadi manusia yang rugi. Allah Swt. berfirman: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran." (Al 'Ashr: 1-3). Selain itu, umat Islam pun jangan banya membuang-buang waktu. Allah Swt. berfirman "Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain". (QS Al-Insyirah : 7).

Islam, mutu, dan profesionalisme adalah tiga hal yang saling berkaitan. Untuk melahirkan sebuah produk yang bermutu, maka harus diserahkan kepada ahlinya atau tenaga profesional. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. berpesan jika sebuah pekerjaan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka agama Islam sangat menekankan pentingnya peningkatan mutu berkelanjutan (continous quality improvement)melalui pendidikan dan latihan.

Dalam mewujudkan penjaminan mutu, umat Islam dihadapkan pada beberapa kendala. Antara lain sifat tergesa-gesa, lemah, dan malas. Islam melarang umatnya tergesa-gesa, baik tergesa-gesa dalam beribadah, berdoa, maupun bekerja. Sifat tergesa-gesa beresiko menyebabkan kecelakaan, rendahnya kualitas pekerjaan atau sebuah produk. Allah Swt. berfirman : "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan tanda-tanda (azab-Ku). Oleh karena, janganlah kalian minta kepada-Ku untuk mendatangkannya degan segera."(QS Al-Anbiya : 37).

Berkaitan dengan sifat lemah dan malas, Rasulullah Saw. Mengajarkan umatnya untuk membaca doa : "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan kepada uraian tersebut diatas, maka jika saat ini banyak ditekankan tentang pentingnya penjaminan mutu (quality assurance),kontrol mutu (quality control),agama Islam sudah lebih dulu menekankan hal tersebut. Hanya sayangnya di kalangan umat Islam sendiri kurang memperhatikannya, bahkan diabaikan. Hal ini bisa kita lihat dari hal yang sederhana. Misalnya suka terlambat kalau ada undangan rapat walau tahu waktu adalah penting. Suka membuang sampah sembarangan, walau menjaga kebersihan adalah sebagian daripada iman. Suka budaya instan walaupun tahu bahwa proses itu penting, dan berbagai hal kontradiktif lainnya.

Malas dan lemahnya mental dapat menyebabkan umat Islam kalah dari bangsa-bangsa lain. Bangsa Jepang, Korea, dan Cina yang mayoritas bukan beragama Islam menjadi bangsa tangguh dan kompetitif karena pekerja keras, ulet, dan bermental kuat. Dengan tidak bermaksud untuk SARA, Indonesia yang mayoritas beragama Islam berpotensi menjadi bangsa yang ulet, tangguh, dan kompetitif, karena Islam sangat mengajarkan pentingnya jaminan mutu.

Dalam konteks manajemen perusahaan, pemerintahan, atau organisasi lainnya, penjaminan mutu dilakukan melalui penerapan ISO, penyusunan Standar Operational Procedure (SOP), Sistem Penjaminan Mutu (SPM), dan sebagainya. Dan ajaran Islam dapat menjadi fondasi dalam penerapannya.

Di era globalisasi dan MEA, dimana tantang dan persaingan semakin ketat, penjaminan mutu sangat dibutuhkan. Penjaminan mutu berkaitan dengan bagaimana kontrol pada proses dan kontrol terhadap produk. Kontrol proses yang baik akan melahirkan produk yang baik pula. Adanya produk yang ditarik (recall)dari pasaran disamping adanya suku cadang yang gagal, proses yang tidak optimal, juga untuk menjamin kepuasan pelanggan, karena setiap perusahaan atau intansi dituntut untuk memberikan pelayanan prima (service of excellence) kepada para pelanggannya. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan suka melakukan survei kepuasan pelanggan untuk menjaga menjaga dan meningkatkan mutu layanan.

Alangkah indahnya jika umat Islam secara pribadi terjamin mutunya dengan ilmu dan akhlak, terjamin kualitas kerjanya, dan terjamin kualitas produknya agar mampu bersaing. Budaya bersaing sebenarnya positif untuk memacu peningkatan kualitas. Walau demikian, dalam bersaing, Islam melarang menghalalkan segala cara. Harus dilakukan secara fair dan elegan agar tidak menimbulkan dampak negatif, atau istilahnya berkah. Ayo umat Islam bangun dan mari bangun penjaminan mutu.

ISLAM DAN PENJAMINAN MUTU

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/ LPMP Jawa Barat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun