Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Widyaprada Ahli Madya BBPMP Jawa Barat. Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bullying dan Pendidikan Minus Empati

20 Juli 2017   07:47 Diperbarui: 20 Juli 2017   08:15 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah atau kampus adalah sarana untuk mendidik, memanusiakan manusia, mencetak generasi bangsa yang bukan hanya cerdas secara intelektual, juga memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia tercermin dari sikap, perkataan, dan perbuatannya yang baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Sekolah, kampus, dan masyarakat secara umum harus terus didorong untuk mengampanyekan anti tindakan kekerasan atau bully.Tindakan kekerasan bukan hanya dilakukan secara fisik seperti memukul dan pelecehan seksual, tetapi juga dilakukan secara verbal seperti menghina dan memberi label-label negatif, dan secara psikis seperti pengabaian atau tidak dianggap keberadaannya.

Sanksi yang diberikan kepada pelaku bullying adalah hal yang wajar diberikan. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Walau demikian, bukan berarti harus mematikan masa depannya. Mereka tetap perlu dibina agar dapat memperbaiki dirinya, karena perjalanan hidup mereka masih jauh.

Pelaku bullying di sekolah atau kampus mungkin saja dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang juga terbiasa melakukan bully.Kadang orang tua secara sadar atau tidak sadar mengucapkan kata-kata kasar bahkan tindakan fisik dengan dalih untuk mendidik atau mendisiplinkan anaknya.

Untuk mengantisipasi terjadinya tindakan kekerasan kekerasan di sekolah, maka disosialisasikanlah sekolah ramah anak. Hal tersebut pada dasarnya baik, tetapi yang paling penting adalah edukasi terhadap pentingnya pendidikan yang memanusiakan dan lingkungan yang bebas dari kekerasan. Untuk menumbuhkan sikap empati, para pendidik pun harus mendidik dengan empati. Mari sama-sama tumbuhkan sifat empati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun