Muhadjir Effendi dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa Kepala Sekolah tidak perlu mengajar. Cukup jadi manajer sekolah mencari uang yang banyak untuk memajukan sekolah? pertanyaannya mencari uang dari mana? Ketika ruang gerak bagi kepala sekolah utamanya kepala SD dan SMP sangat terbatas, hanya mengandalkan dana BOS dan sumbangan-sumbangan, itu kalau ada. Oleh karena itu, kepala sekolah banyak mengaku pusing dan memeras otak bagaimana caranya agar operasional sekolah dapat berjalan dan honor guru honorer dapat terbayar.
Sekolah gratis menjadi blunder mana kala hanya dijadikan sebagai alat kampanye politik tanpa ditunjang oleh ketersediaan anggaran dan political willbaik daripemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang pada hakikatnya memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola sendiri sekolah sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolahnya, termasuk dalam pendanaan pendidikan bisa dikatakan mati suri, karena ibaratnya di satu sisi kepalanya dipegang, sedangkan ekornya tetap dipegang.
Intinya, sekolah gratis adalah amanat konstitusi yang dijalankan oleh pemerintah tanpa menutup partisipasi dari oran tua atau dunia usaha. Kepedulian orang tua dan dunia usaha harus terus dibangun, jangan terlena dengan istilah sekolah gratis. Adil bukan berarti harus sama rata dan sama rasa, tetapi proporsional. Pihak yang mampu menyubsidi pihak yang kurang mampu. Walau demikian, partisipasi dari orang tua jangan dipaksakan dan jangan menyeret komersialisasi dan liberasi pendidikan, karena hal tersebut akan keluar dari tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI