Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tujuh Pesan Moral dari Ketupat Lebaran

25 Juni 2017   04:26 Diperbarui: 25 Juni 2017   20:18 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Polka.id

Lebaran identik dengan ketupat sebagai menu wajibnya. Di setiap rumah hampir dipastikan ada hidangan ketupat yang berpadu dengan opor ayam atau bumbu kacang.  Ketupat adalah makanan yang terbuat dari beras yang bungkus dalam daun kelapa yang masih muda. Dulu, ketupat dimasak di atas tungku dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Apinya harus besar agar ketupat cepat masak. Kini seiring dengan perkembangan jaman, ketupat dapat dimasak dalam waktu relatif singkat dengan menggunakan panci presto.

Ketupat bukan hanya sekedar menu wajib lebaran, tetapi jika ditelaah dari konteks pendidikan, ada tujuh pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran sebagai berikut. Pertama, kebersihan. Beras yang akan dijadikan kerupat harus dicuci hingga bersih agar tidak terdapat debu dan kotoran yang menempel. Pesan moralnya adalah puasa menjadi sarana untuk membersihkan diri dari segala dosa, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk tempat salah dan dosa.

Kedua, kebaikan. Beras yang akan digunakan untuk bahan ketupat tentunya harus berkualitas baik, agar menghasilkan ketupat yang baik pula. Pesan moralnya adalah jika ingin sesuatu berhasil dengan baik, tentunya harus didasari oleh niat yang baik, prosesnya harus baik, termasuk mendapatkan harta (baca = beras) pun harus dengan cara yang baik pula.

Ketiga, penuh perhitungan. Beras yang dimasukan ke dalam daun ketupat yang telah dibentuk jangan terlalu penuh. Hanya sekitar dari total ruang yang tersedia supaya dapat matang dengan pas, karena tentunya beras tersebut akan berkembang sampai matang. Pesan moralnya adalah hidup harus penuh perhitungan, dapat mengantisipasi dan memprediksi segala kemungkinan yang terjadi.  

Setiap keputusan harus dipertimbangkan secara matang agar tidak menyesal di kemudian hari. Sebuah keputusan yang matang akan lahir dari seseorang yang berkepribadian matang. Dan seorang yang berkerpribadian matang adalah wujud dari sosok yang memiliki kedewasaan dalam berpikir, tidak hanya menuruti hawa nafsu.

Keempat, proporsionalitas. Ketupat jangan dimasak terlalu singkat atau terlalu lama. Kalau terlalu singkat, maka tidak akan matang yang mengakibatkan tidak dapat makan dengan nikmat. Begitu pula jangan dimasak terlalu lama, karena ketupatnya justru akan hancur dan kurang enak dimakan pula, Pesan moralnya adalah, hidup harus proporsional, tidak terlalu kekurangan dan juga tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan juga kurang baik. Dan Allah pun tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan, karena orang yang suka berlebih-lebihan adalah temannya setan.

Kelima, persatuan. Ketupat dimasak dengan menggunakan daun kelapa yang masih muda dan dianyam dengan rapat, dan ada lubangnya untuk memasukkan berasnya. Pesan moralnya adalah hidup harus mau bersatu agar kuat dan bermanfaat. Selain itu, harus mau terbuka, jangan menutup diri terhadap setiap hal yang bermanfaat.

Keenam, keindahan. Daun kelapa yang dibentuk menjadi bungkus ketupat dibuat dengan tangan dengan bentuk yang indah. Keterampilan membuat bungkus ketupat diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan dapat menjadi sumber penghasilan musiman, utamanya menjelang lebaran. Para pedagang bungkus ketupat menjajakan dagangannya hampir di setiap pasar dan pusat keramaian.

Pesan moralnya adalah setiap manusia pada dasarnya mencintai seni dan keindahan. Islam itu indah dan Allah mencintai keindahan. Seni dan keindahan dua hal yang identik. Seorang pelukis membuat lukisan yang indah. Seorang pemahat membuat patung atau benda ukiran dengan indah. Seorang penari menari dengan indah sehingga enak dilihat, seorang penyanyi menyanyi dengan suara indah sehingga enak didengar.

Hidup akan terasa indah jika dilalui dengan penuh syukur, bersikap qanaah, dan hati yang bersih dari penyakit hati seperti iri, dengki, pendendam, dan sombong. Seseorang seniman dapat menghasilkan karya yang indah karena melakukannya dengan cinta dan totalitas dalam berkarya. Oleh karena itu, setiap orang pun harus total dalam berikhtiar, bekerja keras, disertai dengan cinta.

Ketujuh, sinergi. Ketupat yang enak dimakan selain harus matang, juga dicampur dengan menu yang lain seperti opor ayam atau bumbu kacang. Begitu pun dalam hidup, manusia harus sinergi dan saling melengkapi, mampu meredam ego masing-masing agar bisa saling memberikan manfaat dalam hidup.

Berdasarkan kepada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketupat bukan hanya makanan yang enak dinikmati pada saat lebaran, tetapi memberikan sejumlah pesan moral untuk meningkatkan kualitas diri bagi manusia yang berpikir. Wallaahu a'lam.

TUJUH PESAN MORAL KETUPAT LEBARAN

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun