Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Widyaprada Ahli Madya BBPMP Jawa Barat. Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa Gagal Menahan Korupsi

22 Juni 2017   10:27 Diperbarui: 22 Juni 2017   11:11 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi yang dilakukan karena serakah, itu sudah jadi penyakit manusia, karena manusia pada dasarnya makhluk yang tidak pernah merasa puas dan tidak suka bersyukur. Ketika dia menemukan satu ladang emas, maka dia akan mencari lading emas berikutnya. Manusia akan berhenti dengan urusan dunia, manakala dia sudah masuk ke liang kubur.

Tuntutan gaya hidup juga mempengaruhi seseorang untuk korupsi. Ketika keserakahan berpadu dengan niat dan kesempatan, plus lemahnya pengawasan, maka sempurnalah tindakan korupsi dilakukan. Selain itu, hukuman yang belum memberikan efek jera kepada pelakunya membuat pelakunya tidak kapok.

Para koruptor kadang tidak memiliki rasa malu, bak selebritis, menebar senyum ketika diwawancarai media. Remisi dan bebas bersyarat setelah menjalani sekian tahun masa tahanan yang juga berlaku untuk pelaku korupsi membuat mereka bisa melenggang keluar tahanan lebih cepat. Dan ketika keluar tahanan, disambut oleh keluarga dan pendukungnya bak pahlawan yang baru pulang dari medan perang.

Karena sudah semakin mewabah, maka korupsi dianggap sebagai hal yang biasa,  bahkan disebut budaya. Pola pikir hedonis dan materialistis sebagai dampak globalisasi membuat manusia mendewakan harta dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Setiap aspek kehidupan sudah dirasuki virus korupsi. Bahkan parahnya anggaran kegiatan keagamaan pun dikorupsi.

Bulan puasa yang seharusnya menjadi bulan taubat, banyak ternoda oleh perilaku korupsi. Oleh karena itu, perlu kiranya semua pihak melakukan introspeksi atau muhasabah, jangan-jangan juga melakukan korupsi, walau hanya sekedar recehan, karena berapa pun jumlahnya, tetap saja korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun